JAKARTA : Industri mebel dan kerajinan tertekan akibat kenaikan tarif dasar listrik yang menambah beban biaya produksi hingga 2% sehingga berpotensi mengurangi terhadap pendapatan.
Di samping itu, rencana pencabutan bahan bakar minyak bersubsidi dan ancaman kenaikan suku bunga kredit perbankan diperkirakan semakin memperberat beban yang ditanggung pelaku industri tersebut.
Ketua Umum Asmindo Ambar Tjahyono mengatakan industri mebel dan kerajinan lebih banyak mendapatkan hambatan dari dalam negeri mulai dari kenaikan tarif dasar listrik akibat pencabutan capping, sampai dengan pencabutan BBM bersubsidi dan potensi kenaikan bunga kredit perbankan.
Sekarang saja sudah ada keluhan dari beberapa industri mebel menengah di Jepara dan Yogyakarta yang beban listriknya naik hingga 25% dari Rp15 juta menjadi Rp20 juta per bulan, tentunya ini dialami seluruh perajin mebel dan kerajinan yang mayoritas industri kecil menengah, katanya hari ini.
Menurut Ambar, pihaknya akan membuat surat resmi kepada pemerintah dan PLN untuk mengevaluasi kenaikan tarif dasar listrik itu agar beban kenaikannya wajar dengan sistem perhitungan yang lebih transparan.
Perajin mebel di daerah juga sudah mulai mengkhawatirkan ancaman kenaikan bunga kredit bank dari saat ini sekitar 13% diperkirakan dalam satu sampai dua bulan ke depan bisa naik 2% menjadi sekitar 15%-16%.
Kalau beban produksi di dalam negeri terus naik tentu sangat menghambat perajin mebel untuk bisa meningkatkan usahanya, belum lagi pencabutan subsidi BBM tentu akan membuat daya saing semakin lemah dan bisa menimbulkan putus harapan bagi pengusaha daerah.
Ambar menyatakan seharusnya pemerintah bisa lebih memperhatikan sektor mebel dan kerajinan yang menyerap tenaga kerja sangat besar dan masuk dalam 10 industri unggulan yang menyumbang terhadap kinerja ekspor nasional. (ra)