Kami ingin gerakan koperasi mendirikan perbankan, karena seuruh anggota Inkud sampai saat ini masih sulit dilayani perbankan umum. Oleh karena itu salah satu solusi terbaik adalah mendirikan bank sendiri, ujarnya, hari ini.
Bank koperasi di Indonesia yang sudah berdiri yakni Bukopin, telah berubah status kepemilikannya, karena persentase kepemilikan koperasi saat ini tidak ada sekitar 1%. Akibatnya, anggota Inkud tidak pernah bisa mengakses pembiayaan.
Menurut Herman, rencana pendirian bank sendiri diagendakan dalam waktu secepatnya, karena mitra mereka sudah sepakat dengan usulan rencana itu.
Jika gerakan koperasi sudah memiliki bank sendiri, jutaan anggota Inkud di seluruh provinsi dipastikan bisa mengakses pembiayaan untuk memperkuat posisi usaha masing-masing, baik di pertanian maupun perikanan.
Pihak asing yang menjadi mitra usaha Inkud dalam pendirian perbankan, menyatakan siap mendukung keinginan tersebut. Bahkan mitra asing itu berkeinginan mendirikan perusahaan jasa asuransi khusus untuk melayani anggota Inkud.
Meski demikian, prioritas pertama dari agenda kerja sama dengan pihak asing tersebut adalah mendirikan bank koperasi. Rencananya, pendirian bank dan perusahaan asuransi akan menggunakan pola syariah.
Sehari sebelumnya Inkud menandatangani Memorandum of Agreement (MOA) dengan kelompok investor asing yang berpusat di Jepang, yakni AX Sustainable Farming Limited dalam budi daya singkong, sawit, dan jarak. Kerja sama termasuk untuk pengolahannya.
Kami bisa mendapat kemudahan ini karena Induk KUD juga sudah berdiri di Jepang. Ketua Induk KUD Jepang, Alissa Yu bahkan sudah ada di Indonesia untuk merampungkan berbagai agenda kerja kami di Indonesia, kata Herman. (ra)