Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekspor Batu Bara RI ke China Turun 20%, ESDM Kaji Evaluasi HBA

Kementerian ESDM membuka peluang untuk mengevaluasi kebijakan kewajiban penetapan harga batu bara acuan (HBA) untuk ekspor.
Ilustrasi kapal tongkang pengangkut batu bara. /ANTARA-Nova Wahyudi
Ilustrasi kapal tongkang pengangkut batu bara. /ANTARA-Nova Wahyudi

Bisnis.com, TANGERANG — Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) membuka peluang untuk mengevaluasi kebijakan kewajiban penetapan harga batu bara acuan (HBA) untuk ekspor.

Hal ini tak lepas dari ekspor batu bara RI ke China yang anjlok 20% yoy menjadi 14,28 juta ton pada April 2025 imbas ketentuan HBA tersebut. HBA dinilai lebih tinggi dibanding harga pasar, sehingga batu bara RI kurang laku.

Dirjen Mineral dan Batu bara (Minerba) Kementerian ESDM Tri Winarno mengatakan, pihaknya terbuka untuk berdiskusi dengan pelaku industri. Ini khususnya untuk membahas permasalahan ekspor dan HBA.

"Ya, nanti kalau misalnya ini [ekspor terus turun] kita ngobrol. Kalau evaluasi pasti kita lakukan," kata Tri di Tangerang, Rabu (22/5/2025).

Terpisah, Sekretaris Ditjen Minerba Kementerian ESDM Siti Sumilah Rita Susilawati mengatakan, pihaknya bisa saja melakukan evaluasi kebijakan HBA. Namun, itu dilakukan secara berkala, sesuai kebutuhan.

"Evaluasi regulasi dilakukan secara berkala untuk memastikan regulasi yang ada sesuai dengan kebutuhan negara maupun industri," katanya.

Menurut Siti, saat ini pemerintah tetap akan menerapkan HBA sebagai harga acuan ekspor. Pasalnya, HBA merupakan instrumen penting untuk menjaga transparansi, keadilan harga, serta penerimaan negara. 

Kendati, kata dia, pemerintah terus melakukan penyempurnaan agar HBA tetap relevan dan mendukung daya saing batu bara Indonesia di pasar global.

Siti menambahkan bahwa penurunan ekspor batu bara Indonesia ke China dipengaruhi banyak faktor, termasuk dinamika pasar di negara tujuan dan preferensi kontrak. 

"Soal keberatan atas HBA, pemerintah memahami bahwa pelaku usaha membutuhkan proses penyesuaian terhadap pemberlakuan kebijakan tersebut," kata Siti.

Sebelumnya, Bea Cukai China mencatat impor batu bara Indonesia ke Negeri Tirai Bambu mencapai 14,28 juta ton pada April 2025. Jumlah impor itu anjlok 20% dibanding periode yang sama tahun lalu.

Melansir Reuters, penurunan impor emas hitam dari RI itu turun lantaran China menolak HBA yang terlalu tinggi. Di sisi lain, harga batu bara domestik China tengah jatuh ke level terendah dalam empat tahun terakhir.

Kewajiban penggunaan HBA sebagai dasar penjualan batu bara di pasar global berlaku mulai 1 Maret 2025. Aturan itu tertuang Keputusan Menteri (Kepmen) Menteri ESDM Nomor 72.K/MB.01/MEM.B/2025 tentang Pedoman Penetapan Harga Patokan untuk Penjualan Komoditas Mineral Logam dan Batu Bara, yang ditandatangani Menteri ESDM Bahlil Lahadilia pada 24 Februari 2025.

Aturan ini merupakan upaya pemerintah untuk menjaga stabilitas harga penjualan komoditas mineral logam dan batu bara di pasar global maupun dalam negeri.

Bahlil menginginkan agar eksportir batu bara menggunakan HBA sebagai acuan transaksi ekspor. Hal ini lantaran penjualan ekspor batu bara Indonesia masih menggunakan harga acuan yang disepakati dengan pembeli dari negara lain.

Menurut Bahlil, hal ini cukup merugikan. Sebab, terkadang batu bara Indonesia dihargai lebih murah dibandingkan negara lain.

"Nah, kita ini kan harus punya ide independensi, harus punya nasionalisme. Jangan harga batu bara kita ditentukan oleh orang lain harganya rendah. Aku enggak mau itu," kata Bahlil di Kantor Kementerian ESDM, Rabu (26/2/2025) lalu.

Oleh karena itu, dia pun menilai menjadikan HBA sebagai acuan ekspor merupakan keniscayaan. Dengan begitu, harga jual batu bara Indonesia di pasar internasional lebih menguntungkan.

"Jadi kita sekarang membuat HBA adalah agar harga kita juga mempunyai harga yang baik di pasar global," tuturnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper