Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Negara BRICS Tanam Modal Rp145,65 Triliun ke Indonesia per September 2024

Di antara negara-negara BRICS, China tercatat sebagai yang paling banyak berinvestasi di Indonesia.
(dari kiri) Presiden China Xi Jinping, Presiden Rusia Vladimir Putin, dan Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa dalam KTT BRICS di Kazan, Rusia pada Kamis (24/10/2024). / Reuters-Maxim Shemetov-Pool
(dari kiri) Presiden China Xi Jinping, Presiden Rusia Vladimir Putin, dan Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa dalam KTT BRICS di Kazan, Rusia pada Kamis (24/10/2024). / Reuters-Maxim Shemetov-Pool

Bisnis.com, JAKARTA — Negara-negara yang tergabung dalam BRICS, baik anggota penuh maupun negara mitra, telah berinvestasi atau menanamkan modal sebesar US$9,25 miliar atau setara Rp145,65 triliun (kurs Rp15.745 per dolar AS) ke Indonesia selama Januari—September 2024.

Sebagai informasi, BRICS merupakan blok ekonomi negara-negara berkembang dengan anggota penuh Brasil, Rusia, India, China, Afrika Selatan, Iran, Mesir, Ethiopia, Arab Saudi dan Uni Emirat Arab (UEA).

Belasan negara lain juga menjadi mitra BRICS yaitu Indonesia, Turki, Aljazair, Belarusia, Kuba, Bolivia, Malaysia, Uzbekistan, Kazakhstan, Thailand, Vietnam, Nigeria, dan Uganda.

Pada Konferensi Tingkat Tinggi BRICS di Rusia ada 22—24 Oktober 2024, pemerintah Indonesia memang secara resmi telah mengajukan permohonan agar bisa bergabung ke blok ekonomi tersebut.

Sejumlah pihak meyakini, bergabungnya Indonesia ke BRICS akan menarik modal masuk dari negara-negara anggotanya ke Indonesia. Ekonom dan Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) Fithra Faisal Hastiadi misalnya.

Fithra melihat langkah pemerintah bergabung dengan berbagai organisasi internasional menjadi salah satu langkah untuk memenuhi kebutuhan investasi. Apalagi, Presiden Prabowo Subianto ingin membawa Indonesia mencapai pertumbuhan ekonomi hingga 8%.

Menurut perhitungannya, Indonesia butuh investasi sekitar Rp10.000 triliun di sektor infrastruktur agar pertumbuhan ekonomi 8% bisa tercapai. Masalahnya, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) hanya dapat memenuhi sekitar Rp500 triliun.

"Dalam lima tahun ke depan itu setidaknya butuh Rp10.000 triliun, Rp500 triliun APBN, Rp9.500 triliun non APBN yang berasal dari negara lain termasuk negara-negara yang tergabung dalam BRICS," ujarnya, dikutip pada Senin (28/10/2024).

Investasi BRICS di Indonesia

Bagaimana faktanya? Berdasarkan data Kementerian Investasi dan Hilirisasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), negara-negara BRICS ‘hanya’ menyumbang sekitar 21,2% dari total penanaman modal asing yang masuk ke Indonesia selama Januari—September 2024.

Secara total, ada US$43.62 miliar modal asing yang masuk ke Indonesia selama Januari—September 2024. Dari jumlah tersebut, negara-negara BRICS total menyumbang US$9,25 miliar atau mencakup 21,2%.

Lima negara-negara BRICS yang paling banyak menanamkan modal ke Indonesia yaitu China (US$6,06 miliar), Malaysia (US$2,72 miliar), Thailand (US$285,96 juta), Rusia (US$210,62 juta), dan India (US$153,96 juta).

Sementara itu, besaran realisasi belasan negara BRICS lainnya ke Indonesia tidak terlalu signifikan, yaitu di bawah US$42 juta. Bahkan, ada yang belum menanamkan modal ke Indonesia seperti Kuba.

Perdagangan, Bukan Investasi

Ekonom Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Yusuf Rendy Manilet tidak yakin bergabungnya Indonesia ke blok ekonomi BRICS akan otomatis meningkatkan realisasi investasi dalam negeri.

Yusuf menjelaskan negara-negara yang bergabung ke BRICS sejatinya tidak banyak yang berinvestasi ke Indonesia. Pengecualiannya hanya China.

"Hanya China yang relatif punya sumbangsih realisasi investasi besar di Indonesia, sementara negara-negara anggota lain seperti Rusia kemudian Afrika Selatan dan Brasil secara komponen masih relatif kecil," ujar Yusuf kepada Bisnis, Senin (28/10/2024).

Kendati demikian, dia meyakini bergabungnya Indonesia ke BRICS akan membuka peluang peningkatan kerja sama perdagangan dengan negara yang sudah tergabung.

Apalagi, sambungnya, prospek pertumbuhan ekonomi negara-negara berkembang yang tergabung dalam BRICS tidak kalah baik dibandingkan dengan negara di gerakan blok ekonomi lain yang setara.

"Misalnya Rusia atau Brazil masih punya peluang untuk meningkatkan hubungannya dengan Indonesia mengingat saat ini share ekspor dari Indonesia ke negara-negara tersebut relatif masih kecil," kata Yusuf.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper