Bisnis.com, JAKARTA - Co-branding pemimpin dengan perusahaan adalah sebuah keniscayaan yang tidak terhindarkan." Agar manfaatnya optimal, sinergi kedua brand ini harus dikelola dengan baik," tutur pakar branding Prof. Amalia E. Maulana, Ph.D., saat membahas kasus Elon Musk dan Tesla.
Tesla telah lama menikmati manfaat kepemimpinan Musk, seorang inovator yang visioner. Namun, kontroversi terkait Musk seputar dukungannya terhadap Donald Trump, membawa risiko tinggi pada persepsi berbeda terhadap Tesla. Meskipun Musk dipandang sebagai inovator di dunia mobil listrik, kontroversi terkait dirinya, pernyataannya di media sosial, dan keterlibatannya dalam isu politik, mempengaruhi reputasi Tesla.
Berbeda dengan kasus Elon, Prof. Amalia mengangkat Handry Satriago sebagai studi kasus thought leadership yang berhasil. Meskipun telah tiada, Handry dikenal sebagai sosok inspiratif yang tidak hanya berhasil memimpin General Electric (GE) Indonesia, tetapi juga sebagai thought leader handal di industri B2B. Beliau diakui karena kepemimpinannya yang inovatif dan pendekatan yang humanis.
Dari sini, perusahaan B2B atau B2C harus menyadari manfaat sekaligus risiko co-branding pemimpin dengan perusahaan. Pemimpin yang sukses dan dihormati akan memperkuat brand dan reputasi perusahaan, tetapi pemimpin yang kontroversial akan mengganggu citra keduanya. Karena itu, perusahaan perlu membangun brand yang kuat dan otonom agar citra positifnya bisa bertahan.
Sebagai Guru Besar Pemasaran di BINUS Business School dan Branding Consultant ETNOMARK, Prof. Amalia memberikan insights tentang cara membangun dan mengelola thought leadership secara terstruktur. “Perusahaan sukses adalah yang mampu menawarkan value kuat melalui sinergi dua brand, yaitu perusahaan dan pemimpinnya. Keduanya harus berdiri sebagai sumber otoritas dan inovasi di pasar.” tuturnya.
Prof. Amalia baru-baru ini menjadi pembicara dalam workshop “B2B Marketing Plan with Ground-Zero Audit,” yang dihadiri oleh para decision makers dari berbagai perusahaan B2B. Dalam workshop tersebut, Prof. Amalia menekankan pentingnya marketing audit sebagai basis strategi branding yang efektif, salah satunya dengan menyelaraskan brand perusahaan dan brand pemimpinnya.
Perusahaan harus menjadi thought leader di industri, yang inovasinya diikuti oleh para pesaing. Ini akan meningkatkan trust dan loyalitas pelanggan. Di sisi lain, brand pemimpin juga berperan dalam menyampaikan visi dan value perusahaan, meningkatkan reputasi perusahaan, dan menjadi wajah perusahaan di depan publik.
“Perusahaan yang mampu mengintegrasikan thought leadership di tingkat korporat dan individu akan lebih tangguh menghadapi tantangan dan perubahan lingkungan bisnis, serta menjaga keberlanjutan.” jelas Prof. Amalia. “Mereka akan mampu menjaga citra positif dan keberlanjutan meskipun menghadapi berbagai goncangan,” lanjutnya.
Prof. Amalia juga membahas tentang Thought Leadership termasuk tentang strategi co-branding untuk perusahaan di berbagai industri, di channel YouTube pribadinya.