Bisnis.com, JAKARTA - Pabrikan pesawat asal Amerika Serikat (AS), Boeing, memutuskan untuk merumahkan sementara puluhan ribu karyawan. Keputusan ini diambil setelah sekitar 30.000 pekerjanya melakukan pemogokan yang menghentikan kegiatan produksi pesawatnya, termasuk seri 737 MAX.
Mengutip Reuters pada Kamis (19/9/2024), CEO Boeing Kelly Ortberg mengatakan, pihaknya akan mulai merumahkan eksekutif, manajer, dan karyawan perusahaan yang berbasis di AS dalam beberapa hari mendatang.
“Kami berencana bagi karyawan terpilih untuk mengambil cuti selama 1 minggu setiap 4 minggu secara bergilir selama pemogokan berlangsung," kata Ortberg dalam sebuah email kepada para karyawan Boeing.
Aksi mogok pertama sejak 2008 lalu tersebut semakin menambah permasalahan yang menimpa Boeing sepanjang 2024. Pada Januari lalu, sebuah panel pintu pada pesawat jet 737 MAX milik Alaska Airlines terlepas saat pesawat tengah mengudara.
Adapun, Ortberg juga mengatakan, dia dan para pemimpin Boeing lainnya akan mengambil pengurangan gaji yang sepadan selama pemogokan berlangsung.
Boeing dan Asosiasi Internasional Ahli Mesin dan Pekerja Dirgantara atau International Association of Machinists and Aerospace Workers (IAM) mengadakan pertemuan selama 2 hari di hadapan mediator federal.
Baca Juga
Serikat pekerja, yang pada hari Selasa mengatakan bahwa mereka frustrasi dengan hari pertama mediasi, mengatakan pada hari Rabu malam bahwa mereka telah menyelesaikan perundingan hari berikutnya dengan tidak ada kemajuan yang berarti.
“Meskipun kami tetap terbuka untuk diskusi lebih lanjut, baik secara langsung atau melalui mediasi, saat ini tidak ada tanggal tambahan yang dijadwalkan. Kami berkomitmen penuh untuk memperjuangkan kontrak yang layak diterima anggota kami," jelas Serikat Pekerja IAM dalam pernyataannya.
Sementara itu, Boeing tidak segera menanggapi permintaan komentar atas pernyataan IAM tersebut.
Cuti besar-besaran tersebut menunjukkan bahwa Ortberg sedang mempersiapkan perusahaannya untuk menghadapi pemogokan berkepanjangan yang kemungkinan besar tidak akan mudah diselesaikan mengingat kemarahan di kalangan pekerja biasa.
Perseteruan Boeing dan para buruhnya yang berlarut-larut dapat merugikan Boeing hingga miliaran dolar AS. Hal ini akan semakin membebani keuangan dan mengancam peringkat kreditnya, kata para analis.
“Sepertinya pemotongan ini tidak akan sepenuhnya mengimbangi kerugian akibat pemogokan yang berkepanjangan,” kata Ben Tsocanos, Direktur Kedirgantaraan S&P Global Ratings.
Serikat pekerja telah mendorong kenaikan sebesar 40% selama 4 tahun dalam negosiasi kontrak penuh pertamanya dengan Boeing dalam 16 tahun. Permintaan tersebut jauh di atas penawaran Boeing yang mengajukan kenaikan gaji sebesar 25%, yang ditolak mentah-mentah.
Brian Bryant, presiden internasional IAM, mengatakan bahwa tindakan seperti cuti dan pemotongan gaji sama saja dengan tipuan, mengingat pengeluaran perusahaan sebelumnya untuk bonus dan kompensasi bagi para eksekutif.
"Ini hanyalah bagian dari rencana Boeing untuk membuat mereka seperti sedang berusaha menghemat uang," kata Bryant.
Lebih lanjut, Bryant menuturkan, keputusan kini ada di tangan Boeing. Dia mengatakan, Boeing bisa menyelesaikan pemogokan ini besok dengan memberikan gaji yang adil, pensiun, pemulihan bonus, dan asuransi kesehatan.
Dalam emailnya kepada karyawan, Ortberg mengatakan, perusahaan tidak akan mengambil tindakan apa pun yang menghambat kemampuan perusahaan untuk pulih sepenuhnya di masa depan.
"Semua aktivitas penting bagi keselamatan, kualitas, dukungan pelanggan, dan program sertifikasi utama kami akan diprioritaskan dan dilanjutkan, termasuk produksi 787," ujar Ortberg.
Adapun, Boeing ini mempekerjakan sekitar 150.000 orang di Amerika Serikat. Tidak jelas secara pasti karyawan mana yang terkena dampak cuti tersebut. Serikat pekerja yang mewakili para insinyur Boeing mengatakan anggota mereka tidak terpengaruh.
Pemogokan yang kini telah berlangsung selama 6 hari, juga membawa risiko bagi jaringan pemasok perusahaan yang luas, yang beberapa di antaranya juga sedang mempertimbangkan untuk merumahkan karyawan-karyawannya.
“Tentu saja para pemasok khawatir. Ini akan berdampak signifikan terhadap pemasok jika hal ini berlangsung dalam jangka panjang," Nikki Malcom, CEO Pacific Northwest Aerospace Alliance.
Produksi Tersendat
Pemogokan tersebut telah menghentikan produksi jet berbadan sempit Boeing 737 MAX, serta pesawat berbadan lebar 777 dan 767 sehingga menunda pengiriman ke maskapai penerbangan.
Namun, perusahaan penyewa pesawat (lessor) asal China mengatakan pihaknya melakukan pemesanan baru untuk 50 unit pesawat jet MAX untuk pengiriman dari tahun 2028 hingga 2031. Hal tersebut mengindikasikan bahwa permintaan jangka panjang untuk pesawat Boeing masih tetap ada.
Aksi mogok ini juga membuat Boeing membekukan perekrutan karyawan baru untuk memangkas biaya. Hal tersebut dilakukan karena neraca perusahaan sudah dibebani utang sebesar US$60 miliar.
Perusahaan juga telah berhenti melakukan sebagian besar pesanan suku cadang untuk semua varian produksi Boeing kecuali 787 Dreamliner, sebuah tindakan yang akan merugikan pemasoknya.
Salah satu pemasok senior menganggap pengumuman terbaru ini sebagai kepanikan Boeing. Dia mengatakan, hal itu menggarisbawahi kurangnya ruang bagi Boeing untuk bermanuver karena neraca keuangannya yang sudah kritis.
“Mereka akan lebih baik jika menyelesaikan masalah ini, Boeing sudah sangat dekat dengan jurang,” kata pemasok tersebut, yang meminta untuk tidak disebutkan namanya.