Bisnis.com, JAKARTA – Lembaga pemeringkat kredit Fitch menurunkan peringkat utang Israel dari “A-Plus” menjadi “A” per Senin (12/8/2024). Fitch beralasan, Israel semakin memperburuk situasi geopolitik karena masih melanjutkan perang di kawasan Gaza, Palestina.
Agensi tersebut bahkan tidak menutup kemungkinan terus menurunkan rating Israel apabila tak terjadi perubahan situasi.
Fitch memperkirakan pemerintah Israel akan terus meningkatkan belanja militer sebesar hampir 1,5% dari PDB dibandingkan masa sebelum perang. Akibatnya, defisit anggaran dan tingkat utang negara akan semakin buruk.
Fitch memproyeksikan defisit anggaran Israel akan mencapai 7,8% dari PDB pada 2024. Sementara itu, utang Israel akan berada di atas 70% dari PDB dalam jangka menengah.
“Dalam pandangan kami, konflik di Gaza bisa berlangsung hingga 2025 dan ada risiko meluas ke bidang lain,” tulis Fitch dalam pernyataannya, dikutip dari Reuters, Rabu (14/8/2024).
Sementara itu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu tidak terlalu ambil pusing dengan keputusan Fitch. Dia sesumbar rating Israel akan naik lagi apabila kubunya memenangkan perang.
Baca Juga
“Perekonomian Israel kuat dan berfungsi dengan sangat baik. Penurunan peringkat ini merupakan akibat dari Israel yang terpaksa menghadapi perang ‘multi-front’,” kata Netanyahu.
Sebelumnya, pada awal tahun ini, Moody's dan S&P Global juga menurunkan rating kredit Israel dengan alasan yang sama dengan FItch: Israel telah memperburuk situasi geopolitik.
Sebagai catatan, nilai mata uang Israel, Shekel, turun sebanyak 1,7% terhadap dolar Amerika Serikat pada Senin lalu. Pada waktu yang sama, pasar saham di Tel Aviv, Israel juga ditutup lebih rendah 1%.
Belakangan, memang perang di Gaza semakin memanas. Bahkan, muncul kekhawatiran terjadi perang di kawasan Timur Tengah setelah terjadi pembunuhan pemimpin Hamas Ismail Haniyeh di Iran dan komandan militer Hizbullah Fuad Shukr di Beirut.