Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Realisasi Investasi Didominasi Nikel, Nasib Industri Padat Karya?

Menperin Agus Gumiwang Kartasasmita mengungkapkan nasib industri padat karya saat realisasi investasi didominasi nikel
Pekerja melakukan proses pencetakan feronikel di salah satu pabrik tambang milik Harita Nickel di Pulau Obi, Maluku Utara. Bisnis/Fanny Kusumawardhani
Pekerja melakukan proses pencetakan feronikel di salah satu pabrik tambang milik Harita Nickel di Pulau Obi, Maluku Utara. Bisnis/Fanny Kusumawardhani

Bisnis.com, JAKARTA -- Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyebut investasi padat modal, khususnya di sektor mineral yang masih menjadi kontributor terbesar pada realisasi investasi di bidang hilirisasi dibandingkan dengan investasi padat karya. 

Data Kementerian Investasi/Badan Koordinator Penanaman Modal (BKPM) menunjukkan realisasi investasi di bidang hilirisasi semesteri I/2024 mencapai Rp181,4 triliun atau 21,9% dari total realisasi investasi periode tersebut. 

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan investasi dari sektor padat karya seperti pertanian, tekstil dan alas kaki pun tetap mengalami pertumbuhan meskipun nilainya tidak sebesar mineral. 

"Investasi saya kira gak hanya di mineral, mineral memang karena angka nya kelihatan lebih baik dan padat modal sehingga tidak salah bagi pemerintah untuk fokus," kata Agus saat ditemui di Kantor Kemenperin, Senin (29/7/2024).

Investasi sektor mineral berupa smelter nikel, tembaga, bauksit, dan timah mencapai Rp114,1 triliun pada semester I/2024. Menurut Agus, potensi sektor mineral juga sangat besar dan penting untuk meningkatkan nilai tambahnya di dalam negeri. 

Di sisi lain, dia mengungkapkan sektor mineral juga disebut lebih membutuhkan nilai investasi yang besar sehingga dari segi jumlah terlihat lebih tinggi dibandingkan subsektor hilirisasi lainnya. 

"Sebetulnya industri tekstil juga, in a way di beberapa subsektor dari tekstil nya juga gak jelek-jelek amat, ada investasi juga, itu yang terus kita jaga. Yang paling penting dan harus dijaga itu produk hilir, produk jadi yang harus di jaga pemerintah," pungkasnya. 

Produk hilir manufaktur dinilai harus diamankan dari banjir impor. Sebab, fenomena kemudahan akses impor ke dalam negeri menjadi biang kerok dari keterpurukan industri padat karya dalam negeri. Alhasil, pabrik tutup dan PHK massal masih terjadi. 

Di sisi lain, Direktur Jenderal Industri Agro Putu Juli Ardika mengatakan industri agro telah memberikan insentif investasi untuk memperkuat rantai pasok dan material untuk kebutuhan pertanian. 

"Itu yang kita perkuat. Ini kalau di Agro, antara PMA dan PMDN sudah seimbang dan cukup besar angkanya. Di Agro itu Rp45 triliun investasinya," jelasnya. 

Merujuk pada data BKPM, industri pengolahan atau manufacturing mencatatkan penanaman modal asing (PMA) sebesar US$16,3 miliar pada semester I/2024. Sedangkan, penanaman modal dalam negeri (PMDN) mencapai Rp94,8 triliun pada periode yang sama. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper