Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Lampu Kuning Menyala! Inflasi China Juni 2024 Naik Tipis 0,2%

Angka inflasi atau IHK China naik tipis sebesar 0,2% pada Juni 2024, lebih rendah dibandingkan kenaikan 0,3% pada Mei 2024.
Seorang pekerja China mengatur kepala boneka plastik setelah mengecatnya di sebuah pabrik mainan pada tanggal 17 September 2015 di Xietang, Provinsi Zhejiang, China,/Bloomberg
Seorang pekerja China mengatur kepala boneka plastik setelah mengecatnya di sebuah pabrik mainan pada tanggal 17 September 2015 di Xietang, Provinsi Zhejiang, China,/Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Harga konsumen atau inflasi China tercatat naik tipis per Juni 2024, bertahan mendekati nol selama lima bulan berturut-turut. Hal ini menandakan bahwa tekanan deflasi terus menghambat pemulihan ekonomi di Negeri Tirai Bambu. 

Menurut laporan Biro Statistik Nasional pada Rabu (10/7/2024) Indeks Harga Konsumen China naik 0,2% pada Juni 2024 dari tahun sebelumnya, lebih rendah dibandingkan kenaikan 0,3% pada Mei 2024 dan perkiraan median ekonom yang disurvei Bloomberg sebesar 0,4%.

Lebih lanjut, promosi besar-besaran selama festival belanja “618” telah menekan harga barang-barang hiburan, peralatan rumah tangga, dan mobil.

Harga di tingkat pabrik masih tertahan dalam deflasi, seperti yang terjadi pada akhir 2022. IHK produsen menurun 0,8% dari tahun sebelumnya, sesuai dengan perkiraan ekonom. Indeks menurun 1,4% pada Mei 2024.

Adapun, pemulihan ekonomi China pada 2024 tidak merata. Sektor manufaktur terkadang menjadi titik terang sementara konsumsi tertekan oleh kemerosotan real estat dan pasar kerja yang melemah.

Kemudian, risiko deflasi juga serius dan berpotensi menyebabkan penurunan tajam karena orang-orang menunda pembelian akibat ekspektasi harga yang akan terus menurun. Hal ini berdampak pada berkurangnya konsumsi dan merugikan bisnis.

“Risiko deflasi belum hilang di China. Permintaan domestik tetap lemah,” jelas ekonom dari Pinpoint Asset Management, Zhiwei Zhang seperti dikutip dari Bloomberg, Rabu (10/7/2024). 

Dia juga berpendapat bahwa dalam jangka panjang  China membutuhkan pemulihan permintaan domestik untuk mendorong perekonomian. 

Sementara itu, ekonom dari United Overseas Bank Ltd.,  Woei Chen Ho, menambahkan bahwa harga yang lemah meningkatkan kemungkinan pelonggaran kebijakan moneter oleh China, termasuk pemotongan suku bunga dan jumlah uang yang harus disimpan bank sebagai cadangan.

China waspada dalam menurunkan suku bunga karena khawatir akan tekanan pada yuan. Langkah Federal Reserve (The Fed) untuk memotong suku bunga lebih dahulu dapat memberikan ruang bagi Bank sentral China (PBOC). Namun, Ketua Fed Jerome Powell tidak memberikan jadwal pasti untuk hal tersebut.

Para Investor menantikan pertemuan kebijakan Partai Komunis pekan depan untuk mengetahui rencana jangka panjang Beijing dalam mengatasi berbagai isu. Data pertumbuhan kuartal kedua akan dirilis pada Senin (15/7). Ekonom Bloomberg memprediksi kenaikan harga konsumen sebesar 0,6% tahun ini, jauh di bawah target resmi 3%.

Di sisi lain, Yuan China stabil di 7,2757 per dolar pada pukul 10:43 pagi di Shanghai, sementara imbal hasil obligasi pemerintah bertenor 10 tahun berada di sekitar 2,27%. Reaksi pasar saham juga lesu, dengan Indeks CSI 300 naik 0,1%.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper