Bisnis.com, JAKARTA – Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede memperkirakan laju inflasi pada April 2024 akan mencapai 0,27% secara bulanan (month-to-month/mtm).
Laju inflasi tersebut diperkirakan melandai dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang sebesar 0,52% mtm.
Josua mengatakan, melandainya inflasi sebagian besar didorong oleh penurunan inflasi bahan makanan, seiring dengan puncak musim panen yang terjadi pada April 2024.
“Musim panen cenderung dapat mengimbangi dampak dari Lebaran ketika permintaan bahan makanan biasanya meningkat secara musiman,” katanya kepada Bisnis, Rabu (1/5/2024).
Josua menjelaskan, beberapa komoditas pangan pada April 2024 mengalami penurunan harga, termasuk beras, telur ayam, cabai merah, dan cabai rawit.
Sebaliknya, terjadi peningkatan harga pada komoditas seperti daging ayam, daging sapi, bawang merah, bawang putih, dan minyak goreng.
Baca Juga
Menurutnya, kelompok pengeluaran lain yang juga memberikan kontribusi terhadap inflasi adalah transportasi, penyediaan makanan dan minuman/restoran, serta perawatan pribadi dan jasa lainnya.
“Peningkatan ini terkait dengan meningkatnya permintaan selama liburan Lebaran, terutama untuk jasa transportasi, biaya rekreasi dan rekreasi, dan harga emas yang lebih tinggi dan depresiasi rupiah, yang menyebabkan inflasi impor yang lebih tinggi, di tengah ketidakpastian ekonomi global yang meningkat dan meningkatnya ketegangan di Timur Tengah,” jelasnya.
Sementara itu, secara tahunan, Josua memperkirakan tingkat inflasi pada April 2024 akan mencapai 3,02% (year-on-year/yoy), relatif stabil dibandingkan dengan inflasi tahunan pada bulan sebelumnya sebesar 3,05% yoy.
“Stabilitas ini terutama disebabkan oleh inflasi harga bergejolak yang lebih rendah karena penurunan inflasi bahan makanan, sejalan dengan puncak musim panen yang meningkatkan pasokan bahan makanan,” kata dia.
Lebih lanjut, inflasi inti diperkirakan meningkat dari 1,77% yoy pada Maret 2024 menjadi 1,82% yoy pada April 2024.
Inflasi inti yang lebih tinggi tersebut kata Josua akan didorong oleh peningkatan permintaan selama periode Lebaran, kenaikan harga emas, dan inflasi impor yang lebih tinggi karena depresiasi rupiah.
Josua memperkirakan, inflasi pada akhir 2024 masih akan terjaga dalam kisaran target 1,5%-3,5%, tapi dengan potensi tekanan ke atas pada semester pertama 2024, yang berasal dari dampak El Nino dan inflasi impor yang lebih tinggi akibat depresiasi rupiah di tengah risiko suku bunga kebijakan global yang higher for longer dan meningkatnya ketegangan geopolitik di Timur Tengah.