Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jelang Pengumuman Hasil RDG, Kadin Berharap BI Bijak Menetapkan Suku Bunga

Langkah BI dalam menaikan dan menahan suku bunga akan berdampak signifikan terhadap dunia usaha.
Karyawan melintas di dekat logo Bank Indonesia di Jakarta, Senin (3/2/2020).
Karyawan melintas di dekat logo Bank Indonesia di Jakarta, Senin (3/2/2020).

Bisnis.com, JAKARTA - Kamar Dagang dan Industri (Kadin) DKI Jakarta meminta Bank Indonesia (BI) untuk berhati-hati dalam menyesuaikan suku bunga acuan atau BI-Rate mengingat dampaknya yang cukup besar terhadap dunia usaha.

Ketua Kadin DKI Jakarta Diana Dewi menyampaikan, baik menaikkan maupun menahan suku bunga tentu akan berdampak terhadap dunia usaha. Di satu sisi, bila suku bunga diberlakukan terlalu ketat, akan cenderung mematikan kegiatan ekonomi.

“Dibutuhkan kehati-hatian dalam menaikkan suku bunga,” kata Diana kepada Bisnis, Selasa (23/4/2024).

Untuk diketahui, BI telah melakukan berbagai strategi untuk menjaga stabilitas Rupiah hingga ekspektasi inflasi. Diantaranya, mengoptimalkan instrumen operasi moneter seperti SRBI, SVBI, dan SUVBI, serta penempatan devisa hasil ekspor SDA dalam negeri, serta menaikkan imbal hasil beberapa instrumen.

Namun, kebijakan tersebut kata Diana perlu dievaluasi secara menyeluruh mengingat terus melemahnya Rupiah terhadap Dolar Amerika serta menyusutnya cadangan devisa menjadi pertanda pasar kurang merespons kebijakan-kebijakan tersebut.

“Bila memang dinilai tidak efektif, maka sebaiknya dihentikan, sehingga memperkecil potensi inflasi yang mungkin saja timbul dari kebijakan tersebut,” jelasnya.

Di sisi lain, lanjut dia, kondisi perpolitikan dalam negeri juga memberi pengaruh besar terhadap fluktuasi rupiah dan perekonomian secara makro. 

Kondisi ini dinilai harus diantisipasi agar Rupiah tidak sampai terjun bebas. Pemerintah perlu melakukan mitigasi keuangan dan mencarikan alternatif agar tidak terjebak pada situasi perekonomian yang tidak stabil. 

Jika BI mengerek naik suku bunga acuannya, Diana menyebut, bisa jadi merupakan langkah pre-emptive dan forward looking untuk memitigasi risiko peningkatan inflasi inti dan ekspektasi inflasi akibat naiknya harga-harga seperti kebutuhan pokok.

Keputusan tersebut juga dinilai dapat memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah agar sejalan dengan nilai fundamentalnya ditengah masih tingginya ketidakpastian pasar keuangan global.

Dampak negatifnya, ungkap Diana, konsumen yang memiliki kredit konsumsi, termasuk KPR di bank berpotensi membayar cicilan lebih mahal dengan kenaikan bunga acuan.

Selain itu, peningkatan suku bunga akan berdampak pada permintaan barang dari masyarakat menjadi tertahan. “Pertumbuhan ekonomi pun relatif akan melambat dan pengangguran bisa meningkat dalam jangka pendek,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Ni Luh Anggela
Editor : Leo Dwi Jatmiko
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper