Bisnis.com, JAKARTA – McDonald’s akan mengakuisisi lisensi waralabanya di Israel dari Alonyal dan mengambil alih kepemilikan 225 gerai McDonald’s di sana yang mempekerjakan lebih dari 5.000 orang.
Melansir Al Jazeera, Sabtu (6/4/2024), waralaba makanan cepat saji asal Amerika Serikat telah menjadi sasaran boikot dan protes sejak Alonyal mengumumkan akan menyumbangkan makanan gratis kepada militer Israel.
McDonald's adalah sebuah perusahaan global, namun waralabanya sering kali dimiliki oleh perusahaan lokal dan beroperasi secara mandiri.
CEO McDonald’s Chris Kempczinski mengatakan bahwa sebelumnya perusahaan telah mengalami dampak bisnis yang signifikan dari aksi boikot, terutama di pasar di Timur Tengah dan beberapa pasar di luar wilayah tersebut akibat konflik Israel-Hamas.
"Selama lebih dari 30 tahun, Alonyal Limited telah dengan bangga membawa Golden Arches (simbol McDonald’s) ke Israel dan melayani komunitas kami," kata CEO dan pemilik Alonyal Omri Padan dalam sebuah pernyataan.
McDonald's menambahkan bahwa mereka tetap berkomitmen terhadap pasar Israel dan untuk memastikan pengalaman karyawan dan pelanggan yang positif di pasar tersebut di masa mendatang.
Baca Juga
Setelah penyelesaian transaksi dalam beberapa bulan mendatang, McDonald's akan memiliki gerai dan operasi Alonyal sambil mempertahankan karyawannya. Kedua perusahaan tidak mengungkapkan persyaratan transaksi.
Pada Februari, Kempczinski mengatakan bahwa perang telah memberikan dampak signifikan terhadap penjualan di negara-negara Timur Tengah dan negara-negara berpenduduk mayoritas Muslim seperti Malaysia dan Indonesia.
"Selama konflik ini, perang ini, masih berlangsung... kami tidak berharap untuk melihat perbaikan yang signifikan dalam hal ini. Ini adalah tragedi kemanusiaan, apa yang sedang terjadi, dan saya rasa hal ini membebani merek-merek seperti kami,” kata Kempczinski.
Pertumbuhan penjualan untuk divisi jaringan restoran cepat saji di Timur Tengah, China, dan India selama kuartal IV/2024 hanya sebesar 0,7%, jauh di bawah ekspektasi pasar yang sebesar 5,5%.
Penurunan ini terjadi setelah para pelanggan di negara-negara mayoritas Muslim menyerukan boikot terhadap McDonald's sebagai tanggapan atas pengumuman Alonyal. Para pemegang waralaba di negara-negara termasuk Mesir, Yordania, dan Arab Saudi menjauhkan diri dari donasi dan secara kolektif menjanjikan bantuan jutaan dolar kepada warga Palestina di Gaza.
Meskipun McDonald's yang berbasis di Chicago dikenal sebagai salah satu merek paling ikonik di AS, sebagian besar restorannya di seluruh dunia dimiliki dan dioperasikan secara lokal.
Rantai makanan cepat saji besar Barat lainnya, Starbucks, juga telah mengalami kampanye boikot karena dianggap pro-Israel dan diduga memiliki hubungan keuangan dengan Israel.
CEO Starbucks Laxman Narasimhan mengatakan pada Februari bahwa perusahaannya mengalami dampak yang signifikan terhadap penjualan di Timur Tengah dan juga di AS, di mana para aktivis berkampanye menentang perusahaan yang berbasis di Seattle itu dan menyerukan agar perusahaan tersebut mengambil sikap menentang Israel.