Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Menteri ESDM Sebut IUPK Vale Indonesia (INCO) Terbit Pekan Ini

Kementerian ESDM telah memberi rekomendasi konversi kontrak karya (KK) Vale Indonesia (INCO) menjadi IUPK ke Kementerian Investasi.
Proses penambangan Nikel PT Vale Indonesia Tbk. di Sorowako, Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan, Jumat (28/7/2023)/Bisnis-Paulus Tandi Bone
Proses penambangan Nikel PT Vale Indonesia Tbk. di Sorowako, Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan, Jumat (28/7/2023)/Bisnis-Paulus Tandi Bone

Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif menyatakan dokumen Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) PT Vale Indonesia Tbk. (INCO) terbit pekan ini. 

Arifin mengatakan kementeriannya telah memberi rekomendasi konversi kontrak karya (KK) INCO menjadi IUPK ke Kementerian Investasi. 

Selanjutnya, pengesahan perpanjangan kontrak selama 20 tahun mendatang diteken oleh Menteri Investasi Bahlil Lahadalia. Seperti diketahui, masa konsesi KK INCO berakhir pada Desember 2025. 

“Dokumen resminya [IUPK] minggu ini,” kata Arifin saat ditemui di Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (22/3/2024). 

Dalam dokumen IUPK itu, Arifin mengatakan, pemerintah memberi tenggat waktu lima tahun bagi INCO untuk menyelesaikan seluruh rencana investasi pembangunan smelter sejak izin diberikan. 

“Kita kasih waktu ya sesuai IUPK ini lima tahun sesudah izin semua selesai itu sudah harus terbangun,” ujarnya.

Setidaknya terdapat empat proyek milik INCO yang sedang berjalan dengan nilai investasi total hingga Rp160 triliun, yaitu proyek Sorowako HPAL, SOA HPAL, Bahodopi RKEF dan stainless steel, serta Pomalaa HPAL. 

Lebih rinci, Sorowako HPAL adalah kerja sama INCO dengan Huayou untuk pembangunan pabrik HPAL dengan kapasitas 60.000 Ni per tahun dalam MHP. 

Proyek dengan nilai investasi Rp30 triliun akan disebut akan menggandeng pabrikan otomotif atau non Chinese Investor seperti POSCO, LG Chem, Ford, dan VW. Konstruksi Sorowako telah dimulai sejak akhir 2023 dan akan melakukan hilirisasi lebih lanjut hingga precursor atau bahan dasar baterai.

Konstruksi Sorowako telah dimulai sejak akhir 2023 dan akan melakukan hilirisasi lebih lanjut hingga precursor atau bahan dasar baterai. 

Selanjutnya adalah Proyek Bahodopi RKEF dan Stainless Steel dengan nilai investasi mencapai Rp34 triliun. Kapasitas pabrik RKEF adalah sekitar 73.000-80.000 ton Ni per tahun dalam FeNi dan menggandeng TISCO dan Xinhai.  

RKEF ini digadang-gadang akan menjadi RKEF dengan intensitas emisi karbon terendah kedua setelah Sorowako karena tidak menggunakan batu bara melainkan gas bumi. Hilirisasi lebih lanjut hingga stainless steel.

Kemudian Proyek Pomalaa HPAL dengan kapasitas hingga 120.000 ton Ni per tahun. INCO menggandeng Huayou dan Ford untuk investasi dengan nilai Rp66 triliun termasuk pabrik dan tambang. Saat ini konstruksi sedang berjalan dengan hilirisasi lebih lanjut hingga precursor atau bahan dasar baterai.

Terakhir adalah Proyek SOA HPAL dengan nilai investasi hingga Rp30 triliun. Proyek ini telah menyelesaikan eksplorasi tahap akhir dengan potensi pabrik HPAL minimal  60.000 ton Ni per tahun dalam MHP. Proyek ini akan mengganden produsen otomotif lainnya untuk hilirisasi lebih lanjut hingga precursor. 

Divestasi Saham INCO

Seperti diberitakan sebelumnya, PT Mineral Industri Indonesia (Persero) atau MIND ID tengah menyiapkan pendanaan sekitar US$300 juta atau setara dengan Rp4,69 triliun (asumsi kurs Rp15.635 per US$) untuk mengakuisisi 14% saham asing INCO. 

Setelah lebih setahunan negosiasi, MIND ID bersama dengan pemegang saham asing INCO, Vale Canada Limited (VCL) dan Sumitomo Metal Mining Co. Ltd. (SMM) menyepakati harga akuisisi 14% saham INCO di angka Rp3.050 per lembar saham. 

“Total investasi US$300 juta, bayarnya Juni dan ada yang lewat mekanisme pasar modal,” kata Direktur Utama MIND ID Hendi Prio Santoso saat ditemui selepas Penandatanganan Perjanjian Transaksi Definitif untuk Akuisisi Saham INCO di Jakarta, Senin (26/2/2024). 

Hendi mengatakan, transaksi divestasi itu bakal dilunasi Juni 2024. Dia menuturkan, sebagian besar pendanaan berasal dari sumber internal, sisanya lewat penerbitan saham baru. 

Sementara ihwal penerbitan utang, dia menuturkan, hitung-hitungan nominal pinjaman untuk pembayaran divestasi itu masih dikaji holding tambang pelat merah saat ini. 

Setelah transaksi selesai, MIND ID akan memegang sekitar 34% saham yang diterbitkan INCO dan menjadikannya pemegang saham terbesar dalam perusahaan tersebut. VCL dan SMM masing-masing akan memegang 33,9% dan 11,5%. Sekitar 20,6% akan tetap dimiliki oleh masyarakat umum di Bursa Efek Indonesia. 

Untuk kepemilikan sahamnya, VCL akan mendapatkan sekitar US$160 juta (tunai) atas transaksi, yang diperkirakan selesai sebelum akhir 2024, setelah semua persyaratan penyelesaian transaksi dipenuhi. 

Seperti diketahui, konsesi yang dipegang INCO berdasarkan amandemen KK 2014 lalu mencapai 118.435 hektare yang tersebar di Sulawesi Selatan (70.566 hektare), Sulawesi Tengah (22.699 hektare), dan Sulawesi Tenggara (24.752 hektare).

Sampai dengan Desember 2021, estimasi sumber daya bijih nikel milik INCO sebesar 300 juta ton dengan cadangan sebesar 60 juta ton. Adapun, kapasitas produksi rata-rata sebesar 70.000 ton sampai dengan 80.000 ton setiap tahunnya saat ini. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper