Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Produsen Mesin Manufaktur & Logam Dasar Andalkan Pasar Domestik Tahun Ini

Gabungan Industri Pengerjaan Logam dan Mesin Indonesia (GAMMA) mengandalkan peluang pertumbuhan penjualan dari pasar domestik tahun.
Pekerja di smelter logam dasar./Bloomberg - David Gray
Pekerja di smelter logam dasar./Bloomberg - David Gray

Bisnis.com, JAKARTA - Gabungan Industri Pengerjaan Logam dan Mesin Indonesia (GAMMA) mengandalkan peluang pertumbuhan penjualan dari pasar domestik tahun ini kala permintaan pasar global lesu dan dinilai berisiko untuk industri.

Ketum Umum GAMMA Dadang Asikin mengatakan ada banyak potensi pasar untuk mesin manufaktur di berbagai sektor, terutama potensi penggunaan mesin untuk industri makanan dan minuman.

"Untuk industri permesinan dalam negeri saya masih melihat ceruk-ceruk peluang yang bisa dimanfaatkan oleh pelaku industri dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan dan menunjang industri manufaktur nasional," kata Dadang, Kamis (14/3/2024).

Meskipun dia tak menampik, industri permesinan masih mengalami hambatan dari sisi ketersediaan bahan baku atau bahan setengah jadi untuk membuat peralatan mekanis yang masih belum di produksi di dalam negeri.

Alhasil, nilai impor masih tinggi. Badan Pusat Statistik mencatat nilai impor mesin melonjak dari tahun 2022 senilai US$29,7 miliar menjadi US$32,15 miliar pada tahun lalu.

Sedangkan, nilai ekspor mesin dan peralatan mekanis serta bagianya (kode HS 84) itu mengalami penurunan dari tahun 2022 senilai US$6,94 miliar menjadi US$6,46 miliar pada 2023.

Di sisi lain, pihaknya juga mengandalkan pertumbuhan industri logam dasar yang prospektif didorong kebijakan hilirisasi serta dukungan penyediaan infrastruktur pendukung.

Menurut Dadang, penyediaan infrastruktur pedukung seperti pengembangan Kawasan Industri Terintegrasi, Infrastruktur transportasi dan utilitas yang terjaga dengan kebijakan seperti Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT) menjadi stimulus bagi industri.

Adapun, pengerjaan logam pun terungkit lantaran pertumbuhan industri logam dasar yakni baja yang naik signifikan mencapai 10,86% (year-on-year/yoy) didorong kebutuhan konstruksi dan otomotif.

"Tentunya, optimisme ini juga perlu didukung kebijakan Kementerian Perindustrian, dalam hal ini Ditjen Ilmate sebagai penentu arah kebijakan industri logam dan mesin lewat konsistensi program hilirisasi industri," ujarnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper