Bisnis.com, DENPASAR — Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menanggapi belum terserapnya harga gas bumi tertentu (HGBT) atau gas murah untuk industri secara menyeluruh.
Berdasarkan informasi dari Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), serapan HGBT pada 2023 tidak mencapai 100%.
Melihat hal itu, Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan bahwa pelaku usaha bukan tidak melakukan penyerapan menyeluruh. Menurutnya, ada kebijakan yang mempersulit realisasi penyerapan itu.
Namun, Agus menyebut bahwa dirinya terus menugaskan tim untuk mengawal permasalahan HGBT ini.
“Kalau harga gas US$6 kan pasti diambil, pasti diklaim. Enggak mungkin enggak, enggak mungkin enggak diserap. Tapi yang terjadi di lapangan sulit, dengan kebijakan kebijakan dipersulit yang terjadi,” kata Agus saat ditemui di Denpasar, Rabu (6/3/2024).
Terkait dengan penyerapan HGBT tersebut, Agus menuturkan bahwa pihak dari Kementerian ESDM menyampaikan pelaku industri belum menjalankan penyerapan secara menyeluruh karena pihaknya dianggap belum memberikan laporan pada ESDM.
Baca Juga
Selain itu, Agus juga menyampaikan bahwa SKK Migas menyebut bahwa ada keterbatasan suplai. Hal itu mengakibatkan gas murah tidak bisa diserap seluruhnya oleh industri.
“Kita industri/perusahaan minjem uang dari bank, minjem segala macem dikasih US$6 untuk gas sebagai bahan baku ya enggak mungkin enggak diambil. It's very simple logic. Kan enggak mungkin kami enggak ambil,” ujarnya.
Lebih lanjut, Agus menjelaskan kalau program HGBT dapat dikerjakan dengan baik dan menyeluruh, maka hal tersebut bisa menambah kontribusi negara dari sektor industri manufaktur.
“Ini HBGT ini kalau programnya dilakukan secara baik secara full, can imagine cuman dari satu faktor aja [dapat meningkatkan kontribusi],” ucap Agus.
Sebelumnya, Deputi Keuangan dan Komersialisasi SKK Migas Kurnia Chairi mengatakan bahwa serapan HGBT sepanjang 2023 telah naik ke level sekitar 96%. Artinya, ada peningkatan penerima insentif gas murah itu yang cukup signifikan dibandingkan penyaluran 2021 dan 2022.
Sepanjang 2021, jumlah penyerahan harian pasokan gas bumi untuk sektor industri sebesar 87,06% dari alokasi saat itu 1.241,01 BBtud, sementara penyaluran gas pada 2022 melorot ke level 81,38% dari alokasi volume sebesar 1.253,81 BBtud.