Bisnis.com, JAKARTA - Perekonomian Malaysia tumbuh sedikit lebih lambat dari perkiraan pada tahun lalu lantaran melemahnya permintaan global yang kemudian berdampak negatif pada ekspor dan aktivitas manufakturnya.
Bank Negara Malaysia (BNM) pada Jumat (16/22024) mengatakan bahwa produk domestik bruto (PDB) Malaysia meningkat 3,7% pada tahun lalu, lebih rendah dari perkiraan awal sebesar 3,8% dan perkiraan median survei analis Bloomberg.
Kemudian, untuk kuartal IV/2023, perekonomian Negeri Jiran tersebut telah tumbuh secara 3% secara tahunan (year-on-year/yoy), di bawah proyeksi pertumbuhan sebesar 3,4% pada bulan lalu.
Secara berurutan, perekonomian tersebut mengalami kontraksi sebesar 2,1% pada kuartal IV/2023 dibandingkan tiga bulan sebelumnya.
BNM dalam pernyataan mengatakan bahwa pertumbuhan melambat di tengah lingkungan eksternal yang penuh dengan tantangan.
“Hal ini terutama disebabkan oleh perlambatan perdagangan global, siklus penurunan teknologi global, ketegangan geopolitik, dan kebijakan moneter yang lebih ketat,” terangnya, seperti dikutip dari Bloomberg, Jumat (16/2).
Baca Juga
Untuk diketahui, China merupakan mitra dagang terbesar Malaysia. Dengan melambatnya pertumbuhan di Negeri Tirai Bambu tersebut telah membebani ekspor dan perekonomian Malaysia.
Melambatnya pertumbuhan China juga telah memberikan efek bagi negara-negara Asia Tenggara lainnya. Singapura nyaris tidak mencapai target PDB pada tahun lalu, serta Indonesia dan Filipina yang juga mengalami pertumbuhan moderat pada tahun lalu.
Malaysia juga telah menghadapi penurunan ekspor sejak Maret 2023, yang berkontribusi pada pertumbuhan sektor manufaktur yang hanya sebesar 0,7% pada tahun lalu. Padahal, pada 2022, pertumbuhan sektor manufaktur mencapai sebesar 8,1%.
Untuk kedepannya, bank sentral memperkirakan perekonomian akan membaik berkat ketahanan belanja domestik dan potensi pemulihan permintaan eksternal.
Namun, masih ada risiko yang bisa saja terjadi. Para pejabat Malaysia memperkirakan bahwa konsumsi swasta akan terus menjadi pendorong utama pertumbuhan pada 2024.
Menurut analis di AmBank Bhd, menjelang data dirilis, rencana Malaysia untuk membatasi subsidi bahan bakar hanya bagi yang membutuhkan dapat meningkatkan tekanan harga. Masyarakat berpenghasilan tinggi hingga menengah dapat memprioritaskan kembali pengeluaran mereka.