Bisnis.com, JAKARTA — PT Pertamina (Persero) disebut masih mencari mitra strategis atau strategic partner untuk mendukung megaproyek Grass Root Refinery (GRR) Tuban.
Proyek kilang senilai US$13,5 miliar setara dengan Rp205,05 triliun itu dikerjakan Pertamina bersama dengan mitra Rusia mereka, Rosneft Singapore Pte Ltd.
Belakangan perusahaan Rusia itu mendapat sanksi dari negara-negara barat menyusul invasi terhadap Ukraina sejak awal 2022 lalu. Sanksi terhadap Rosneft itu menyasar pada akses pendanaan, teknologi, hingga jasa kontruksi kilang.
“Pertamina masih mencari strategic partner untuk mendukung proyek GRR Tuban, baik untuk teknologi maupun pembiayaan,” kata Ketua Komite Percepetan Penyediaan Infrastruktur Prioritas (KPPIP) Kemenko Perekonomian Wahyu Utomo saat dikonfirmasi, Senin (29/1/2024).
Selepas mitra baru didapat, kata Wahyu, Pertamina mengharapkan adanya intervensi pemerintah, baik fiskal maupun nonfiskal, untuk pengerjaan kilang yang ikut menjadi proyek strategis nasional (PSN) tersebut.
“Karena nilai proyek yang besar, sementara ekuitas Pertamina juga terbatas,” kata dia.
Baca Juga
Adapun, Kementerian ESDM menagih kepastian investasi PSN itu dapat dibuat pada Juni 2023 lalu, setelah beberapa kali mengalami pengunduran. Hanya saja hingga saat ini, kepastian investasi proyek belum kunjung diteken.
Seperti diberitakan sebelumnya, PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) mengajukan opsi penambahan mitra kerja strategis baru untuk percepatan proyek GRR Tuban kepada Rosneft.
Direktur Utama PT KPI Taufik Aditiyawarman mengatakan, pengajuan mitra baru itu dilakukan seiring dengan dampak sanksi dunia barat yang mulai terasa untuk penyelesaian keputusan akhir investasi salah satu PSN tersebut.
“Kami sudah sampaikan ke pihak mereka, apakah kami harus ambil partner lain untuk balance, sudah kami komunikasikan. Kami kan mesti kasih tahu juga ke pihak Rosfneft bahwa karena konflik Ukraina ada implikasi itu,” kata Taufik saat ditemui di sela-sela agenda IPA Convex, BSD Tangerang, Kamis (27/7/2023).
Dia menuturkan, pengajuan itu sudah disampaikan direksi KPI kepada Rosneft pada April 2023 lalu lewat video conference. Taufik berpendapat penambahan mitra baru mesti dilakukan untuk mengimbangi sanksi yang saat ini diterima Rosneft.
Taufik mengatakan, final investment decision (FID) GRR Tuban ditarget rampung pada triwulan pertama 2024. Dia menegaskan diskusi lebih lanjut soal FID untuk rencana eksekusi proyek masih tetap berlanjut bersama dengan Rosneft di tengah risiko sanksi saat ini.
“Kami sekarang masih tahap prakualifikasi lelang untuk mendapatkan harga dari pasar seperti apa untuk engineering, procurement and construction ya, kan itu ada delapan paket,” kata dia.