Bisnis.com, JAKARTA - PT Kereta Api Indonesia (KAI) menjalin kemitraan dengan perusahaan teknologi Amerika Oracle untuk menggunakan solusi data center cloud yang on premis atau layanan cloud at customer.
Hal inipun disebut berhasil mengurangi transaksi yang hilang saat peak season.
Executive Vice President Information Technology Albertus Indarko Wiyogo menjelaskan, solusi inipun telah menghemat kinerja operasional hingga 50%, manajemen penumpang hingga 15%, dan beban biaya keseluruhan sebesar 30%.
Meski KAI menggunakan layanan cloud dari Oracle, tetapi peletakan data pelanggan dan transaksi dipegang data center KAI.
“Yang membedakan sekarang, server-nya sekarang ada di data center KAI, dari segi layanan semuanya sama dan yang menjadi admin tetap KAI, hak akses tertinggi tetap di KAI,” ujar Indarko kepada wartawan, Rabu (17/1/2024).
Indarko mengaku, walaupun masih menggunakan data center lokal, kerjasama dengan Oracle ini cukup membantu efisiensi server KAI.
Baca Juga
Menurutnya, selama ini tantangan terbesar dalam sistem IT KAI adalah jumlah traffic pelanggan yang tidak menentu. Indarko bercerita, pada saat momen-momen mudik lebaran, traffic dari laman KAI bisa meningkat hingga 2 juta pengakses dalam satu momen.
Lanjutnya, tiket KAI jurusan favorit kerap ludes hanya dalam dua menit awal setelah akses pemesanan tiket dibuka.
Hal ini pun kerap menyebabkan sistem KAI kerap tidak dapat menampung arus yang sangat besar dan membuat beberapa data transaksi yang tidak tercatat dalam sistem.
“Kalau dulu ada beberapa yang hilang, [transaksi] tidak komplit sampai selesai,” ujar Indarko.
Sebagai informasi, pada momen Nataru 2023-2024 saja, dalam satu hari jumlah pengunjung terbanyak yang berangkat dari Stasiun Pasar Senen adalah sebesar 24.859 jiwa.
Sementara, data yang ditampung oleh server KAI merupakan data dari seluruh Indonesia, karena sistem KAI yang masih tersentralisasi. “Seluruh data KAI tersentralisasi, belum ada rencana untuk membuat hal itu terdistribusi,” ujar Indarko.
Oleh karena itu, sejak bekerjasama dengan Oracle, kapasitas manajemen penumpang bisa lebih efisien hingga 15% dalam hitungan bulan. Selain itu, kata Indarko, solusi yang telah diadaptasi sejak 2022 ini berhasil membuat sistem KAI siap pada masa pascapandemi, saat pelanggan kembali membludak.