Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Konsumen AS Berbondong Pakai Paylater di Musim Liburan, Analis Wanti-Wanti Risiko Utang

Konsumen AS semakin meningkatkan penggunaan paylater di hari-hari belanja penting, termasuk musim liburan natal.
Warga Amerika Serikat (AS) berbelanja di salah satu supermarket./Bloomberg
Warga Amerika Serikat (AS) berbelanja di salah satu supermarket./Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Konsumen Amerika Serikat (AS) semakin meningkatkan layanan ‘beli sekarang, bayar nanti’ di hari-hari belanja penting, ketika saldo kredit di AS mencapai rekor dan tingkat kegagalan meningkat. 

Mengutip ReutersKamis (21/12/2023) banyak orang AS yang kini menghindari tingginya tingkat bunga kartu kredit dengan beralih pada layanan ala ‘paylater’ saat mereka berbelanja untuk barang-barang liburan. Adapun, pemanfaatan layanan tersebut dilakukan untuk memperpanjang anggaran mereka. 

Walaupun dapat menjadi alat pembeli dengan terus mengambil pinjaman tanpa bunga selama beberapa minggu, pada advokat konsumen memberikan peringatan mengenai  pembeli yang kesulitan keuangan dan menarik pinjaman dengan tenor berbulan-bulan, dengan suku bunga yang bisa mencapai 36%, yakni merupakan batas maksimal di banyak negara bagian. 

Di lain sisi, juru bicara Yayasan Nasional untuk Konseling Kredit, Bruce McClary, mengatakan bahwa permintaan layanan konseling utang juga meningkat secara signifikan dibandingkan tahun lalu, menentang perlambatan musiman yang dialami selama liburan. 

Ia juga mengatakan bahwa meningkatnya penggunaan fasilitas tersebut, seperti dari layanan seperti Klarna, Affirm, PayPal, dan Afterpay, menandakan adanya peningkatan utang jangka pendek di atas saldo kartu kredit yang mencapai lebih dari US$1 triliun.

Walmart pada 2021 juga menghapus program cicilan yang memungkinkan orang membawa pulang barang dagangan setelah menyelesaikan serangkaian pembayaran yang dibiayai. 

Kemudian, peritel terbesar di dunia tersebut menggantinya dengan opsi ‘Paylater’ melalui Affirm, yang ‘menyiapkan panggung’ bagi industri ini untuk menguasai 5% dari total e-commerce di seluruh dunia.

Peritel kemudian membayar mulai dari 2% hingga 8%, dari harga pembelian kepada perusahaan-perusahaan yang menggunakan sistem ‘paylater’ tersebut. Sebagian perbandingan, biaya pemrosesan kartu kredit ‘swipe’  berkisar antara 2% hingga 4%.

Advokat konsumen memperingatkan bahwa pinjaman tersebut dapat mendorong sebagian pembeli untuk menghambur-hamburkan uang pada perhiasan, pakaian trendi, konsol permainan video, atau peralatan yang tidak mampu mereka beli. 

Kemudian, para penyedia layanan juga mengatakan bahwa mereka memberikan alternatif kepada para pembeli dari kartu kredit, yang rata-rata mengenakan bunga lebih dari 20%  dan hanya memberikan pinjaman kepada orang-orang yang mereka yakini bersedia dan mampu membayarnya.

Analis kredit juga mencatat kecemasan terkait peningkatan jumlah pembeli yang menggunakan layanan seperti Affirm, Klarna, dan berbagai skema pembayaran lainnya untuk membeli hadiah Natal.

Hal tersebut terjadi pada saat biaya tinggi untuk tempat tinggal, kebutuhan makanan, dan berbagai jenis pinjaman, seperti kartu kredit hingga kredit mobil, memberikan tekanan pada ketersediaan anggaran.

“Rasanya beban utang saat liburan bisa menjadi sangat buruk tahun ini,” kata analis Bankrate, Ted Rossman.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper