Bisnis.com, JAKARTA – Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengumumkan data inflasi November 2023 pada Jumat (1/12/2023). Kenaikan harga pangan akibat fenomena El Nino diperkirakan menjadi pendorong kenaikan inflasi pada bulan kesebelas tahun ini.
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede menyampaikan bahwa tingkat inflasi domestik pada November 2023 diperkirakan meningkat menjadi sebesar 0,26% secara bulanan (month-to-month/mtm).
Inflasi November 2023 tersebut diperkirakan lebih tinggi dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang sebesar 0,17% mtm, yang utamanya dipicu oleh kenaikan harga pangan.
“Kenaikan ini terutama disebabkan oleh kenaikan harga pangan yang berkelanjutan akibat fenomena El Nino, terutama pada cabai merah, cabai rawit, bawang merah, beras, dan gula,” katanya kepada Bisnis, Kamis (30/11/2023).
Di sisi lain, Josua mengatakan bahwa faktor-faktor yang membatasi lonjakan inflasi pada November di antaranya penurunan harga LPG 5,5 kg dan 12 kg, juga penguatan nilai tukar rupiah sehingga membatasi risiko imported inflation dan penurunan harga bahan bakar non-subsidi.
Secara tahunan, Josua memperkirakan inflasi pada November 2023 mencapai 2,73% (year-on-year/yoy), juga lebih tinggi dari bulan sebelumnya sebesar 2,56% yoy.
Baca Juga
Josua mengatakan, inflasi harga bergejolak, terutama pada harga pangan, masih akan menjadi faktor pendorong utama di tengah fenomena El Nino.
Sementara itu, inflasi inti diperkirakan melanjutkan tren penurunan pada November 2023, dar 1,91% yoy pada Oktober 2023 menjadi 1,88% yoy, seiring dengan apresiasi rupiah yang mengimbangi kenaikan harga emas.
“Inflasi dari sisi penawaran, terutama harga produsen, tetap rendah, sehingga membatasi risiko kenaikan inflasi yang merembet dari sisi penawaran ke sisi permintaan,” jelas Josua.
Dia menambahkan, tingkat inflasi secara year-to-date (ytd) pada November 2023 diperkirakan mencapai 2,06%, menandai penurunan yang signifikan dari inflasi ytd sebesar 4,82% pada periode yang sama tahun lalu.