Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jelajah Sinyal 2023: Anyaman Perbatasan NTT Tembus Ekspor ke Inggris

Ramahija berperan memboyong produk anyaman para masyarakat Atambua hingga ke mancanegara.
Pengrajin menenun kain khas Atambua di Galeri Tenun Atambua, Belu, Nusa Tenggara Timur (NTT), Rabu (29/11/2023). JIBI/Bisnis/Himawan L Nugraha
Pengrajin menenun kain khas Atambua di Galeri Tenun Atambua, Belu, Nusa Tenggara Timur (NTT), Rabu (29/11/2023). JIBI/Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, ATAMBUA- Tradisi turun temurun warga di perbatasan Nusa Tenggara Timur (NTT) kini mampu menjangkau lintas benua. Hasil anyaman daun lontar dan kawung itu berhasil memikat konsumen berbagai negara. 

Mama Kristina Morik, Ketua Pengrajin di Desa Tulakadi itu sejak kecil telah diajarkan tradisi menganyam. Anyaman menjadi tradisi para wanita di perbatasan Timor untuk mengisi waktu senggang. 

Sejak 2021, dia semakin getol mengembangkan produk anyaman desanya dan menjadi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) mitra untuk salah satu brand wirausaha di Jakarta, Ramahija. 

Hampir setiap pagi dan sore, dia memulai kegiatan menganyam bersama rekan-rekannya. Mama Kris membeli lontar dari pasar Atambua untuk kemudian dibersihkan tulang-tulang daun dan direbus 20-30 menit. 

Setelah di rebus, daun lontar itu masih perlu dijemur selama 2-3 hari. Dalam sehari, dia dapat menghasilkan berbagai jenis produk anyaman, seperti tempat sabun, pot bunga, kipas, alas piring atau kelas, dan lainnya. 

"Kalau kita bikin kecil ini sehari bisa 2-3 barang, kalau yang besar bisa sehari 1 barang atau 1-2 hari, prosenya lebih lama," ujar Mama Kris sambil mulai mengayam, dikutip Kamis (30/11/2023).

Sejak menjadi pemasok Ramahija, Mama Kris mulai belajar penggunaan teknologi digital. Dia baru menggunakan smartphone tahun lalu untuk kelancaran komunikasi terkait pesanan. 

Tak sendirian, Mama Kris menggaet 50 orang rekannya untuk bekerja sama membuat pesanan anyaman. Sebelum bermitra dengan Ramahija, warga Desa Tulakadi hanya memasarkannya di pasar-pasar tradisional saja. 

Senada, Ketua Pengrajin di Wekiar, Desa Dualas, Mama Yuliana Dos Santos juga terus berupaya menjaga budaya timor yang dia dapatkan saat masih berada di wilayah sebrang. 

Mama Yuliana dan beberapa rekan di Desa Dualas merupakan salah satu pendatang dari wilayah Timor Leste setelah memerdekakan diri sejak 1999. 

Tradisi tersebut dia bawa dan dijadikan sebagai salah satu sumber cuan. Kelompok Anyam di Desa Dualas juga merupakan salah satu UMKM mitra Ramahija. 

"Saya ketemu Bos Kevin [Founder Ramahija] waktu itu diajak ketemu di Atambua, dikasih pesanan anyaman dari Jakarta," tuturnya. 

Tembus Pasar Ekspor 

Bos Kevin, sebutan dari para pengrajin anyaman di Timor untuk pria asal Atambua, Alexander Kevin Daniel Samara. Dia merupakan Founder Ramahija, wirausaha sosial yang memberdayakan masyarakat adat di Pulau Timor.

Usahanya dirintis sejak tahun 2021 setelah lulus kuliah di Universitas Binus. Dia menghubungi salah satu temannya di Desa Sadi, Belu untuk mengembangkan produk-produk hasil masyarakat di perbatasan timur. 

"Waktu di desa tulakadi ini total ada di bawah 10 orang pengrajin, kita mulai cari proyek yang lebih besar, baru waktu itu Mama Kris cari sampai 50 orang, saat ini ada 50 orang," tuturnya. 

Menurut Kevin, desa-desa perbatasan ini memiliki potensi besar untuk dikembangkan, terlebih masyarakatnya memiliki keahlian turun temurun. Alih-alih memudar, dia ingin mengangkat tradisi tersebut.

Ramahija telah berhasil memberikan kesempatan untuk para pengrajin di perbatasan NTT itu mendapatkan pesanan hingga 20.000 barang lebih di awal tahun 2023 lalu. 

"Kita angkat kembali kita bantu pasarkan lebih luas dan kita upgrade lagi menjadi produk yang lebih modern, dan mulai ada demand, kita mulai lebih expense ke lebih banyak orang," tuturnya. 

Kevin rajin menunjukkan produk anyaman di berbagai pameran, baik itu secara mandiri maupun lewat pameran dari pemerintah. Lewat pameran tersebut, Ramahija mulai mendapatkan pasar lebih besar. 

"Sekarang ini selain main di business-to-business, carrousel, kami juga main ritel di Sarinah, Bandara Bali, alun-alun Indonesia, ataupun online. Tetapi fokus kita di carrousel," terangnya. 

Digitalisasi telah menjadi tulang punggung Ramahija mulai dari operasional hingga branding produk. Dia yang mengajarkan Mama Kris memakai smartphone agar aktivitas quality check dan pesanan dapat lebih mudah dikoordinasikan. 

Dia bercerita, sebelumnya, Mama Kris belum terbiasa menggunakan smartphone, Kevin harus langsung pergi ke Atambua untuk meminta pesanan dan lainnya. 

Lewat digitalisasi, Kevin berhasil membawa produk UMKM di perbatasan NTT ke berbagai negara, salah satunya Inggris lewat brand The Body Shop. 

Omzet penjualan yang didapatkan pun tak main-main, dia berhasil mendapatkan Rp1 miliar dari pesanan ekspor tersebut. Meskipun, omzet kembali bergantung pada permintaan, sejauh ini permintaan terbanyak datang dari pemerintahan. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Kahfi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper