Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jelang RDG BI Hari Ini, Begini Saran Kadin soal Suku Bunga Acuan

Kadin Indonesia memberikan masukkan terkait kebijakan suku bunga acuan yang akan diumumkan Bank Indonesia dalam Rapat Dewan Gubernur, Kamis (23/11/2023).
Karyawan melintas didekat logo Bank Indonesia di Jakarta, Senin (30/12/2019). Bisnis/Abdullah Azzam
Karyawan melintas didekat logo Bank Indonesia di Jakarta, Senin (30/12/2019). Bisnis/Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA - Kamar dan Dagang Industri (Kadin) Indonesia memberikan masukkan terkait kebijakan suku bunga acuan atau BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) yang akan diumumkan Bank Indonesia dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) hari ini, Kamis (23/11/2023).  

Wakil Ketua Umum Kadin Shinta W. Kamdani memproyeksikan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) tidak akan mengalami perubahan, seiring dengan spekulasi bank sentral AS atau Federal Reserve (FED) akan mengakhiri era suku bunga tinggi. 

"Tetapi Indonesia harus naik lagi BI-7 Days Reverse Repo Rate antara bunga USD dan IDR sedikitnya 100-150 basis poin," kata Shinta kepada Bisnis, Kamis (23/11/2023). 

Menurut Shinta, apabila defisit anggaran Amerika Serikat masih di level yang tinggi seperti saat ini, maka dia memprediksi akan banyak kebijakan AS untuk menarik dolar dari luar. 

Dengan demikian, saran untuk menaikkan BI7DRR pun tak terelakkan. Adapun, pada Oktober 2023, pemerintah AS mencatat defisit anggaran senilai US$1,695 triliun pada tahun fiskal 2023 atau naik 23% dari tahun sebelumnya. 

Di sisi lain, diberitakan sebelumnya, konsensus ekonom memperkirakan BI akan menahan suku bunga acuan hari ini. Bloomberg mencatat sebanyak 25 dari 31 ekonom memprediksi BI akan mempertahankan suku bunga acuan di 6%. 

Sementara itu, sisanya memperkirakan BI akan menaikkan suku buanga acuan 25 basis poin menjadi 6,25%, yang merupakan level tertinggi sejak tahun 2016. 

Proyeksi ini sejalan dengan spekulasi bahwa bank sentral AS atau Federal Reserve telah mencapai akhir dari siklus pengetatan moneter. Hal ini mengurangi tekanan pada bank sentral yang berupaya menopang nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper