Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Indonesia Targetkan Penerapan Penyimpanan Karbon Regional

Dengan potensi penyimpanan karbon yang sangat besar di Indonesia, pemerintah membuka peluang CCS di luar wilayah kerja migas dengan CO2 dari industri lainnya
Indonesia Targetkan Penerapan Penyimpanan Karbon Regional. Ilustrasi emisi karbon dari sebuah pabrik/ Bloomberg
Indonesia Targetkan Penerapan Penyimpanan Karbon Regional. Ilustrasi emisi karbon dari sebuah pabrik/ Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Kebutuhan penyimpanan karbon semakin meningkat sehingga Indonesia mendorong penyimpanan di kawasan atau regional. Untuk itu, diperlukan kejelasan pengaturan dan praktik perdagangan karbon.

“Potensi besar Indonesia untuk menjadi pemain kunci di pasar karbon semakin mengukuhkan peran penting Indonesia dalam membentuk lanskap ekonomi berkelanjutan secara global,” ujar ICAEW Head of Indonesia Conny Siahaan di Jakarta, Rabu (8/11/2023) dilansir dari Antara.

Senada, Direktur Teknik Migas dan Lingkungan Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM Mirza Mahendra mengatakan, potensi ekonomi karbon sangat penting diidentifikasi.

"Indonesia telah memiliki bursa karbon potensi itu dibutuhkan untuk mendorong perdagangan karbon," katanya dalam Carbon Digital Conference Indonesia (CDC) 2023 di Bali, Rabu (8/11/2023), dilansir dari siaran pers.

Perdagangan karbon dan isu terkait semakin menjadi perhatian berbagai pihak. Seiring komitmen untuk mencapai emisi nol di berbagai negara, perdagangan karbon adalah salah satu cara mencapai emisi nol (net zero emision).

Sementara itu, Ketua Carbon Trade Indonesia (IDCTA) Riza Suarga mengatakan, isu perdagangan karbon perlu diberi ruang lebih luas.

Untuk itu, CDC menyediakan kesempatan bagi pihak-pihak terkait untuk berbagi pengalaman dan penjajakan bisnis perdagangan karbon.

Dari ratusan peserta CDC, ada yang telah berpengalaman mengembangkan teknologi untuk mengintegrasikan data pemantauan karbon. Integrasi data itu membantu mengenal pasar lebih baik.

CDC juga dihadiri regulator yang membagikan pengalaman soal sinkronisasi kebijakan untuk menunjang perdagangan karbon. Ada juga sesi khusus di antara perwakilan perusahaan Jepang, salah satu kelompok bisnis besar di Indonesia.

Lebih lanjut, Mirza mengatakan, Indonesia melihat peluang menjadi hub kawasan untuk Carbon Capture, Utilization, and Storage (CCUS) dan Carbon Capture, and Storage (CCS).

“Pembangunan CCS/CCUS Hub di ASEAN akan menjadi peluang besar bagi negara-negara ASEAN dan lainnya untuk mengurangi emisi dari industri yang sulit mereda dan mencapai Net Zero Emission," ujarnya.

Indonesia telah mendirikan National Center of Excellence CCS/CCUS untuk pengembangan kapasitas nasional di bidang teknis, keselamatan, ekonomi, sosial, dan peraturan dari CCS/CCUS.

Kementerian ESDM dan kementerian terkait sedang mempersiapkan keputusan Presiden untuk CCS di luar wilayah kerja migas.

Dengan potensi penyimpanan CO2 yang sangat besar di Indonesia, Pemerintah akan membuka peluang CCS di luar wilayah kerja migas dengan CO2 dari industri lain. Indonesia juga sedang mempertimbangkan penerapan CCS lintas batas untuk mendukung permintaan penyimpanan CO2 internasional.

Potensi penyimpanan di Indonesia sekitar 12 giga ton CO2 di reservoar migas dan akuifer salin. Estimasi ExxonMobil adalah sekitar 80 giga ton, dan menurut Rystad Energy jauh lebih besar, lebih dari 400 giga ton CO 2 di Reservoir Minyak & Gas dan Saline Aquifers.

Ditjen Migas juga telah membentuk Tim Gugus Tugas untuk melakukan studi dan menghitung kapasitas penyimpanan CO2 untuk lapangan migas dan akuifer salin Indonesia.

Potensi kapasitas penyimpanan yang besar akan memperkuat peran CCS/CCUS untuk mendukung penurunan emisi menuju Net Zero Emission, tidak hanya untuk minyak dan gas tetapi juga untuk industri lainnya.

Dijelaskan Mirza bahwa saat ini, Pemerintah Indonesia telah memiliki sekitar 15 proyek CCS/CCUS dari Aceh hingga Papua. Semuanya masih dalam tahap kajian atau persiapan, namun sebagian besar proyek tersebut ditargetkan on stream sebelum 2030, dengan total potensi injeksi CO2 antara 2030 hingga 2035 sekitar 25,5 hingga 68,2 juta ton CO2.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper