Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak sawit diprediksi mampu tembus US$1.000 per ton di tahun depan. Peningkatan harga sawit ini dipicu oleh keterbatasan produksi dan meningkatnya permintaan di 2024.
Direktur Eksekutif ISTA Mielke Gmbh (Oil World), Thomas Mielke, mengatakan ketidakpastian global akibat isu geopolitik dan defisit produksi akibat El-Nino telah memberikan peluang untuk kenaikan harga minyak nabati secara global.
Menurut Mielke, harga minyak sawit di bursa Malaysia saat ini sekitar US$810 - US$820 per ton telah mendekati harga terendahnya.
"Dalam 4-6 bulan ke depan hasil analisis kami adalah harga akan naik setidaknya U$100, bahkan lebih dari US$150-US$200," kata Thomas di Indonesian Palm Oil Conference (IPOC), Jumat (3/11/2023).
Thomas mengatakan proyeksi defisit stok minyak sawit akan meningkatkan ketergantungan minyak nabati lainnya. Dia meyakini hal tersebut bakal membuat harga minyak kelapa sawit menjadi lebih tinggi.
"Harga pasar akan berubah normal ketika sentimen pasar berubah. Waktunya sangat sulit untuk dikatakan. Tapi trennya naik," ujarnya.
Baca Juga
Di sisi lain, dia mengatakan produksi minyak kelapa sawit pada 2024 diperkirakan akan mengalami stagnasi. Melemahnya pertumbuhan kelapa sawit Indonesia dan Malaysia disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain masih rendahnya penanaman kembali (replanting), melambatnya penanaman baru, perkembangan skema berkelanjutan yang tersertifikasi.
Selain itu, kurangnya tenaga kerja dan meningkatnya biaya produksi juga turut menjadi pemicu pelemahan produksi di dua negara produsen sawit terbesar dunia itu.
Sementara itu, CEO dan Founder Transgraph, Nagaraj Meda menyebut produksi minyak kelapa sawit Indonesia pada 2023 diprediksi mencapai 47,35 juta ton, dan 2024 diperkirakan produksi turun menjadi 45,14 juta ton, sedangkan produksi minyak kelapa sawit di Malaysia pada 2023 diperkirakan sebesar 18,33 juta ton dan 17,54 juta ton pada 2024.
"Pada 2024, ekspor [minyak sawit] Malaysia dan Indonesia diprediksi hanya 39,6 juta ton, menurun dibandingkan 2023 mencapai 42,92 juta ton karena El Nino," ungkap Nagaraj.
Lebih lanjut, peningkatan konsumsi domestik di Indonesia dan Malaysia diperkirakan bakal menurunkan volume ekspor minyak kelapa sawit kedua negara mencapai 4 juta ton pada 2024.
Dia pun menyebut harga RBD Palm Olein diprediksi akan diperdagangkan pada harga US$1.000 dalam 3-4 bulan mendatang atau sekitar Maret-April 2024.