Bisnis.com, JAKARTA — Pemerintah membeberkan PT Pertamina (Persero) belum kunjung mengunci keputusan akhir investasi atau final investment decision (FID) pengerjaan proyek strategis nasional (PSN) Grass Root Refinery (GRR) Tuban dari mitra Rusia mereka, Rosneft Singapore Pte Ltd.
Deputi Bidang Koordinasi Pengembangan Wilayah dan Tata Ruang Kemenko Perekonomian dan Ketua Tim Pelaksana KPPIP Wahyu Utomo mengatakan, Pertamina masih terus berkoordinasi untuk menyelesaikan keputusan akhir investasi megaproyek kilang senilai US$13,5 miliar atau setara dengan Rp205,05 triliun tersebut.
“Tanahnya sudah siap, tapi kan ini harus dibicarakan pembiayaannya tergantung sama Pertamina, waktu itu kan Rosneft tinggal pembiayaannya mereka masih commited untuk bangun di sana,” kata Wahyu saat ditemui di Jakarta, Rabu (13/9/2023).
Rosneft Singapore Pte Ltd merupakan perusahaan Rusia yang menjadi rekanan Pertamina untuk pengerjaan infrastruktur pengilangan Tuban telah lama mendapat sanksi akibat perang di Ukraina. Sanksi itu belakangan membuat keputusan FID untuk eksekusi proyek beberapa kali mesti diundur.
“Kalau belum ada sumber pembiayaan masa sudah tender, begitu saja yang penting tanahnya sudah ada itu kan jadi modal,” kata dia.
Belakangan PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) mengajukan opsi penambahan mitra kerja strategis baru untuk percepatan proyek GRR Tuban kepada rekanan bisnis mereka, Rosneft Singapore Pte Ltd.
Baca Juga
Direktur Utama PT KPI Taufik Aditiyawarman mengatakan, pengajuan mitra baru itu dilakukan seiring dengan dampak sanksi dunia barat yang mulai terasa untuk penyelesaian keputusan akhir investasi salah satu PSN tersebut.
“Kami sudah sampaikan ke pihak mereka, apakah kami harus ambil partner lain untuk balance, sudah kami komunikasikan. Kami kan mesti kasih tahu juga ke pihak Rosfneft bahwa karena konflik Ukraina ada implikasi itu,” kata Taufik saat ditemui di sela-sela agenda IPA Convex, BSD Tangerang, Kamis (27/7/2023).
Dia menuturkan, pengajuan itu sudah disampaikan direksi KPI kepada Rosneft pada April 2023 lalu lewat video conference. Taufik berpendapat penambahan mitra baru mesti dilakukan untuk mengimbangi sanksi yang saat ini diterima Rosneft.
Hingga saat ini, Rosneft Singapore Pte Ltd belum kunjung menyetujui penyertaan modal untuk pengembangan proyek atau site development lantaran belum diperolehnya keputusan akhir investasi dari GRR Tuban.
Adapun, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) belakangan menagih kepastian investasi itu dapat dibuat pada Juni tahun ini setelah beberapa kali pengunduran.
Hanya saja, Taufik mengatakan, FID GRR Tuban ditarget rampung pada triwulan pertama 2024. Dia menegaskan diskusi lebih lanjut soal FID untuk rencana eksekusi proyek masih tetap berlanjut bersama dengan Rosneft di tengah risiko sanksi saat ini.
“Kami sekarang masih tahap prakualifikasi lelang untuk mendapatkan harga dari pasar seperti apa untuk engineering, procurement and construction (EPC)-nya ya, kan itu ada delapan paket,” kata dia.
Adapun, kilang ini bakal memproduksi 300.000 barel minyak per hari (bph) dengan kualitas produk EURO 5.
“Belum ada keputusan hitam putih, mereka [Rosfneft] masih punya waktu sampai joint venture, targetnya di FID,” kata dia.
Sementara itu, proyek pengembangan kilang dipastikan tertunda dari rencana operasi yang awalnya dipatok pada 2027. Selain dampak geopolitik global, tertundanya pengerjaan kilang itu juga disebabkan karena minimnya fasilitas penunjang sekitar proyek yang membuat investasi cenderung tidak menarik untuk dikembangkan.