Bisnis.com, JAKARTA - Ancaman deflasi memukul bisnis di China karena ekonomi terbesar kedua di dunia tersebut mengalami pelemahan. Konsumen yang memilih untuk menunda pengeluaran dapat mengancam rencana stimulus negara tersebut.
Alih-alih kenaikan harga yang cepat yang diprediksi beberapa ekonom di awal 2023, China mengalami penurunan harga yang jarang terjadi.
Indeks harga produsen China telah mengalami kontraksi dari tahun ke tahun sejak Oktober 2022. Hal ini sebagian besar terjadi karena penurunan harga komoditas seperti batu bara dan minyak mentah.
Melansir Bloomberg, Selasa (8/8/2023), indeks harga konsumen (IHK) China yang akan dirilis esok diperkirakan turun pada Juli 2023. Ini akan menjadi pertama kalinya sejak akhir 2020 indeks harga konsumen dan produsen mengalami deflasi..
Dengan menggunakan pengukur deflator produk domestik bruto (PDB), yang menjadi ukuran harga ekonomi secara keseluruhan, China sudah mengalami deflasi.
Dana Moneter Internasional (IMF) mendefinisikan deflasi sebagai penurunan berkelanjutan dalam ukuran agregat harga, seperti indeks harga konsumen atau deflator PDB.
Baca Juga
Berbeda dengan penurunan sementara di akhir 2020 dan awal 2021, penurunan harga konsumen kali ini lebih memprihatinkan. Kini, ekspor China juga anjlok lantaran konsumen di beberapa pasar terbesar China, termasuk AS dan Eropa telah mengurangi pengeluaran.
Penurunan berkepanjangan terjadi di sektor properti China yang telah memangkas harga sewa, furnitur dan peralatan rumah tangga. Perang harga di antara pembuat mobil yang dipicu oleh Tesla, membuat merek besar lainnya bergabung dengan diskon besar-besaran pada awal 2023.
Jika harga terus turun di berbagai barang dalam waktu yang lama, konsumen dapat menunda pembelian mereka, membatasi kegiatan ekonomi lebih lanjut, dan memaksa bisnis untuk terus menurunkan harga.
Pada gilirannya, hal ini dapat memotong pendapatan dan keuntungan, mendorong perusahaan untuk mengekang investasi dan lapangan kerja, yang dapat mengakibatkan stagnasi ekonomi yang diderita Jepang selama beberapa dekade.
Namun, tidak semua harga juga turun dengan belanja konsumen untuk layanan tetap cukup kuat. Pariwisata melonjak 7,1 persen dalam enam bulan pertama dari 2022 karena tarif hotel meningkat. Biaya layanan seperti rekreasi, pendidikan, perawatan kesehatan juga meningkat. Harga paling jatuh di industri barang konsumen.
“Persaingan telah menjadi lebih ketat dan banyak pabrik yang memotong harga-harga mereka untuk dapat menjual, yang mengakibatkan siklus yang memburuk,” jelas pemilih pabrik, Chen, yang telah menurunkan harga sebesar 5 persen pada tahun ini, meskipun biaya produksi telah naik, seperti dikutip Bloomberg, Selasa (8/8).
Pendorong besar dari rendahnya harga tahun ini adalah penumpukan persediaan secara pandemi dan kuartal I/2023 saat terjadi lonjakan optimisme setelah berakhirnya pembatasan Covid. Hal ini terbalik dengan bisnis-bisnis yang memotong harga untuk mengurangi stok mereka.