Bisnis.com, JAKARTA – Laju inflasi China turun ke level nol pada bulan Juni 2023, menggarisbawahi berlanjutnya pelemahan permintaan dan menambah kekhawatiran terhadap ancaman deflasi.
Dilansir dari Bloomberg pada Senin (10/7/2023), Biro Statistik Nasional (NBS) China melaporkan indeks harga konsumen (consumer price index/CPI) tidak berubah pada Juni 2023 dari tahun sebelumnya (year-on-year/yoy).
Angka tersebut lebih rendah dari ekspektasi dalam survei Bloomberg terhadap para ekonom yang memperkirakan inflasi sebesar 0,2 persen dan dibandingkan dengan angka bulan Mei sebesar 0,2 persen yoy.
CPI inti, yang tidak termasuk biaya makanan dan energi yang bergejolak, melambat menjadi 0,4 persen dari 0,6 persen.
Sementara itu, indeks harga produsen turun 5,4 persen yoy pada Juni 2023, lebih rendah dari penurunan 4,6 persen pada bulan sebelumnya. Para ekonom memperkirakan penurunan 5 persen.
Data inflasi ini menambah bukti bahwa pemulihan ekonomi tengah kehilangan momentum. Kekhawatiran deflasi telah meningkat dalam beberapa bulan terakhir, membebani kepercayaan konsumen. Para produsen sudah harus menghadapi harga-harga komoditas yang lebih rendah dan permintaan yang lemah di dalam dan luar negeri.
Baca Juga
Jika konsumen dan bisnis terus menahan diri dari belanja atau investasi dengan harapan harga-harga akan turun, hal ini dapat menyebabkan penurunan harga yang akan terjadi dengan sendirinya.
Meskipun ada lebih banyak seruan agar Beijing mengambil tindakan untuk mendukung perekonomian, sebagian besar tindakan sejauh ini masih terbatas cakupannya. Bank sentral memangkas suku bunga kebijakan utama bulan lalu dalam jumlah kecil, dan pemerintah telah memperpanjang keringanan pajak untuk pembeli mobil listrik.
Perdana Menteri Li Qiang berbicara minggu lalu dengan beberapa ekonom China mengenai potensi bantuan dan menekankan bahwa kebijakan-kebijakan pemerintah akan tepat sasaran, komprehensif, dan terkoordinasi dengan baik. Ini memperkuat ekspektasi bahwa stimulus tidak akan sebesar sebelumnya.