Menunggu Waktu yang Tepat
Piter menambahkan, bahwa Indonesia sudah sangat siap untuk menerapkan hal ini, hanya tinggal menunggu waktu yang tepat.
“Kalau saya memperkirakan tidak akan terjadi gejolak [saat Indonesia menerapkan redenominasi] karena masyarakat sudah melaksanakannya secara sehari-hari. Persiapan BI juga sudah sangat bagus, enggak ada yang perlu dikhawatirkan,” tambah Piter.
Sementara itu, Gubernur BI Perry Wajiyo mengungkapkan bahwa ekonomi Indonesia saat ini berada dalam kondisi yang bagus.
Namun, BI menilai penerapan redenominasi membutuhkan ketepatan momentum sambil tetap memerhatikan kondisi perekonomian global yang kini sedang melambat.
“Demikian juga stabilitas sistem keuangan kita bagus stabil, tetapi ketidakpastian global masih ada, sabar, dan kalau kondisi sosial politiknya tentu pemerintah lebih tahu,” tutur Perry, Kamis (23/6/2023).
Dampak Positif
Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (Core) Mohammad Faisal melihat dengan semakin sederhananya rupiah, dapat meningkatkan kredibilitas mata uang Indonesia tersebut di tingkat global.
Rupiah yang dibandingkan dengan mata uang euro atau dolar, memiliki angka nol lebih banyak. Bahkan di luar negeri, rupiah tidak diperdagangkan karena dicap sebagai mata uang yang lemah bahkan tidak bernilai.
Di sisi lain, Direktur Eksekutif Segara Institute Piter memproyeksikan dari redenominasi akan membawa kebanggaan bagi rupiah dan mendorong masyarakat secara global untuk memegang rupiah.
“Sekarang hasil ekspor diparkir diluar negeri dalam bentuk dolar, kalau rupiah sudah kuat, ada dorongan untuk pegang rupiah, ada potensi juga untuk meningkatkan DHE [devisa hasil ekspor], meski belum terbukti,” katanya.
Melihat dari kacamata makro, apabila rupiah semakin kuat dan stabil dapat bantu jaga inflasi, aliran modal masuk akan lebih lancar, dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih baik.