Bisnis.com, JAKARTA - Lithium kini menjadi salah satu logam paling laris di dunia terutama untuk kendaraan listrik atau EV. Namun, pasokan lithium kini terancam tak bisa memenuhi permintaan global.
Fastmarkets mengatakan bahwa pada 2022 terdapat 45 tambang lithium yang beroperasi di dunia. Sebanyak 11 tambang akan dibuka pada 2023 dan 7 pada 2024.
Para konsulat mengatakan bahwa kecepatan tersebut masih di bawah permintaan pasokan global yang memadai. Baik konsulat dan produsen, semuanya memperingatkan kekurangan yang mengancam.
Sebagai catatan, proyeksi tersebut mengasumsikan skenario terbaik, meskipun perusahaan pertambangan menghadapi kesulitan merekrut tenaga ahli teknis, biaya yang meningkat dan waktu penundaan peralatan penting.
Jika banyak tambang lithium dibangun, eksekutif mengatakan belum ada fasilitas untuk memproduksi jenis logam khusus untuk baterai. Produsen mobil bisa saja terpaksa menerima lithium berkualitas rendah, yang berpengaruh pada jarak tempuh kendaraan.
Sebagai catatan, dalam minggu ini Lake Resources menjadi perusahaan lithium terbaru yang mengumumkan penundaan proyek karena pasokan listrik dan masalah logistik lainnya.
Baca Juga
"Investasi harus terus berlanjut, jika tidak akan terjadi penundaan lebih lanjut pada waktu pelaksanaan (lithium) yang sudah sangat lama," ucap Senior Group manager produsen kendaraan listrik Rivian, Tara Berrie, dilansir Reuters Jumat (23/6/2023).
Konferensi Fastmarkets telah berkembang pesat seiring dengan permintaan litium yang melonjak. Pada 2023, sebanyak 1.100 orang yang hadir, tiga kali lipat lebih banyak dari 2019, meningkat 68 persen dari tahun lalu.
Exxon Mobil mengirim delegasi sebagai bagian dari upayanya masuk ke sektor logam baterai. Begitu pula dengan perusahaan minyak seperti SLB dan Equinor.
Kemudian, raksasa perbankan seperti JPMorgan, Goldman Sachs, dan BMO Capital Markets ikut hadir. Minat mereka didorong ekspektasi gelombang kesepakatan akuisisi lithium dan permintaan yang meningkat untuk lindung nilai dan instrumen keuangan lainnya.