Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian BUMN mengajukan Penyertaan Modal Negara (PMN) tunai sebesar Rp1 triliun untuk penugasan PT Reasuransi Indonesia Utama (Persero) atau Indonesia Re sebagai perusahaan reasuransi nasional untuk tahun 2024.
Wakil BUMN II Kartika Wirjoatmodjo menuturkan bahwa suntikan PMN senilai Rp1 triliun ini dibutuhkan untuk memperbaiki struktur permodalan, penguatan solvabilitas (risk-based capital/RBC), dan pemulihan rating Indonesia Re.
“RIU [Indonesia Re] ini memang menjadi salah satu inisiatif di dalam industri asuransi, di mana Indonesia ingin mempunyai reasuransi nasional yang bisa melakukan onshoring daripada reasuransi dengan skala menengah-kecil,” kata pria yang akrab disapa Tiko dalam Rapat Kerja Komisi VI dengan Menteri BUMN di Gedung DPR/MPR, Jakarta, Senin (5/6/2023).
Tiko menyampaikan bahwa saat ini Indonesia Re sudah cukup aktif dengan share sekitar 50 persen. Sebab, kondisi Covid-19, membuat Indonesia Re terdampak pada klaim di asuransi kredit dan asuransi jiwa kredit, di mana RBC perusahaan mengalami penurunan signifikan.
“Oleh karena itu kita berencana menambah permodalan dengan RBC di atas 150 persen dan ini digunakan untuk pertumbuhan RIU dalam lima tahun ke depan,” katanya.
Tiko menjelaskan bahwa dengan PMN yang diberikan, maka Indonesia Re akan melakukan pengembangan bisnis organik melalui optimalisasi penyerapan bisnis dalam negeri yang profitable dan memasuki pasar global dengan prinsip kehati-hatian.
Baca Juga
Saat ditemui di Gedung DPR/MPR, Tiko menjelaskan bahwa PMN pada reasuransi merupakan hal penting untuk menjaga supaya Indonesia punya reasuransi dalam negeri.
“Karena kalau nggak [PMN], itu nanti semua asuransi polis itu reasuransi ke luar negeri semua. Itu dulu program seperti itu. Tapi kan kemarin kita kena Covid-19 itu asuransi jiwa dan kredit memang klaimnya besar, sehingga rasio mereka di bawah rasio standar,” ujarnya.
Tiko merincikan tanpa PMN, maka RBC Indonesia Re akan tergerus menjadi 122,17 persen pada 2023 dan kembali menyusut menjadi 111,44 persen pada 2024. Proyeksi penyusutan RBC Indonesia Re akan berlanjut menjadi 106,47 persen pada 2025, lalu 101,10 persen di tahun 2026, dan 101,04 persen pada 2027 mendatang.
Namun, Tiko menyampaikan, jika dilakukan PMN senilai Rp1 triliun melalui Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) tahun 2023, maka solvabilitas Indonesia Re akan berada di atas 120 persen.
Secara rinci, jika menggunakan skema PMN, maka RBC Indonesia Re menjadi 192,77 persen pada 2023. Kemudian, menjadi 186,03 persen di tahun 2024, 179,03 persen pada 2025, 174,21 persen di tahun 2026, serta di tahun 2027 menjadi 167,39 persen.
“Jangan sampai nanti semua capital outflow, itu billion dollars bisa besar sekali outflow-nya bisa sampai US$5 miliar ke luar negeri untuk reasuransi,” tandasnya.