Bisnis.com, JAKARTA - Koperasi Simpan Pinjam (KSP) pada prinsipnya merupakan entitas komunal yang berkemampuan menghadirkan rasa kebersamaan dan saling memiliki di antara para anggotanya.
Alhasil, Peneliti Pusat Riset Ekonomi Makro dan Keuangan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Tuti Ermawati menilai itulah alasan utama kenapa KSP masih bisa bersaing dengan lembaga jasa keuangan umum, bahkan platform teknologi finansial (tekfin), minimal di kawasan sekitar basis wilayah kantor KSP terkait.
"Terutama, KSP yang dikelola secara profesional dan sudah menerapkan proses bisnis seperti lembaga keuangan pada umumnya. Karena masing-masing KSP ini biasanya punya cara tersendiri untuk menghindari penyaluran pinjaman yang tidak feasible," ujarnya kepada Bisnis, dikutip Senin (27/3/2022).
Ciri khas untuk menjaga profesionalisme inilah yang menurut Tuti mampu mempertahankan loyalitas para anggota. Tentunya upaya ini juga harus ditopang dengan sumber daya manusia (SDM) para pengurusnya yang kredibel dan terpercaya.
Kondisi ini biasanya tergambar dari bagaimana transparansi dalam setiap rapat anggota tahunan (RAT), laporan keuangan yang rapi, serta konsistensi menjaga syarat dan ketentuan di setiap penyaluran pinjaman.
"Kalau saya melihat, biasanya KSP yang sehat itu lahir dari SDM dengan mindset pemberdayaan masyarakat sekitar, profesional, dan bisa menghindari konflik kepentingan. Antara bisnis dengan kerja-kerja sosial bisa seimbang," tambahnya.
Presiden Direktur Koperasi Simpan Pinjam Syariah Benteng Mikro Indonesia (Kopsyar BMI) Kamaruddin Batubara menjelaskan bahwa KSP sehat biasanya memiliki program-program atau kegiatan yang berlandaskan prinsip sosial.
Pasalnya, suatu KSP yang terpercaya biasanya lahir dari orang atau tokoh masyarakat di suatu wilayah yang memiliki mindset pemberdayaan, atau berjalan bersama pelaku usaha di kawasan tertentu, yang memiliki tujuan sama.
"Budaya berkoperasi yang sangat Indonesia, gotong-royong dan jiwa sosial, harus terus digaungkan. Bahkan, menurut saya harus masuk regulasi. Saya berani memastikan bahwa setiap KSP yang bagus pasti punya produk atau kegiatan yang berlandaskan prinsip sosial," jelasnya.
Ketua Umum Koperasi Simpan Pinjam (Kospin) Jasa Andy Arslan Djunaid menambahkan KSP sehat tidak mungkin hanya 'jualan' iming-iming bunga atau imbal hasil simpanan jumbo kepada anggotanya.
Biasanya hanya berkisar 1-2 persen di atas bunga normal perbankan. Beda dengan KSP bermasalah yang berani memberikan bunga simpanan tembus belasan persen, bahkan di kisaran 20 persen.
"KSP memberikan pinjaman kepada anggota, untuk kesejahteraan anggota. Jadi kalau suatu KSP berani menjanjikan return [simpanan] sampai 20 persen, misalnya, terus bunga pinjamannya berapa? Siapa yang mau pinjam?" tegasnya.
Adapun, belakangan ramai diberitakan banyaknya koperasi bermasalah atau gagal bayar. Misalnya, Kasus KSP Indosurya yang tengah mencuat disebut sebagai kasus penipuan terbesar di Indonesia dengan nilai kerugian diperkirakan mencapai sebesar Rp106 triliun.
Selain itu, ada tujuh koperasi bermasalah lainnya, yakni KSP Sejahtera Bersama, KSP Pracico Inti Sejahtera, KSPPS Pracico Inti Utama, KSP Intidana, Koperasi Jasa Wahana Berkah Sentosa, KSP Lima Garuda, dan KSP Timur Pratama Indonesia.
Berdasarkan catatan Kementerian Koperasi dan UKM, koperasi-koperasi bermasalah itu disebut telah merugikan masyarakat dengan mencapai nilai total Rp26 triliun.