Bisnis.com, JAKARTA - Mandeknya pengerjaan proyek gasifikasi batu bara menjadi dimethyl ether atau DME yang digarap PT Bukit Asam Tbk. (PTBA) bersama PT Pertamina (Persero) dan Air Products and Chemicals Inc., kembali menjadi sorotan.
Berita tentang proyek mangkrak DME Bukit Asam (PTBA) yang belum berdetak menjadi salah satu pilihan redaksi BisnisIndonesia.ID. Selain itu, sejumlah berita menarik lainnya turut tersaji dari meja redaksi BisnisIndonesia.id.
Berikut ini sorotan utama Bisnisindonesia.id, Jumat (03/03/2023):
1. Proyek Mangkrak DME Bukit Asam (PTBA) Belum Berdetak
Mandeknya pengerjaan proyek gasifikasi batu bara menjadi dimethyl ether atau DME yang digarap PT Bukit Asam Tbk. (PTBA) bersama PT Pertamina (Persero) dan Air Products and Chemicals Inc., kembali menjadi sorotan.
Proyek yang ditargetkan bisa menjadi alternatif pengganti gas alam cair (liquefied petroleum gas/LPG) yang selama ini banyak diperoleh melalui impor, hingga kini diketahui belum menunjukkan perkembangan apapun.
Padahal, pemerintah telah menyiapkan beragam pemanis untuk mempercepat pengerjaan proyek DME yang tahapan groundbreaking-nya diresmikan langsung oleh Presiden Joko Widodo di Kabupaten Muara Enim, Sumatra Selatan pada 24 Januari 2022.
2. Kinerja Gemilang Hulu Migas
Meningkatnya aktivitas hulu minyak dan gas bumi (migas) serta kebutuhan bahan bakar minyak (BBM) industri maupun masyarakat pada 2022, membawa PT Elnusa Tbk. mampu meraih kinerja yang gemilang pada 2022.
Anak usaha PT Pertamina Hulu Energi (PHE) yang tergabung dalam Subholding Upstream Pertamina itu membukukan laba bersih Rp378 miliar sepanjang 2022, naik 248 persen dari capaian 2021 (year on year/Yoy).
Dalam pengumuman laporan kinerja keuangan konsolidasi tahun 2022 yang telah diaudit, emiten berkode saham ELSA itu berhasil menutup 2022 dengan membukukan kinerja prestisius dan berhasil melampaui kinerja tahun sebelumnya bahkan di atas target 2022.
3. Siasat Bank Mayora dan Superbank Menyelip Industri Bank Digital
Dua bank digital baru segera masuk dalam peta persaingan industri ini, yakni PT Bank Mayora dan PT Super Bank Indonesia. Seberapa besar potensi kedua bank ini untuk dapat memantapkan posisinya dalam persaingan industri yang kini makin padat ini?
Bank Mayora bertransformasi menjadi bank digital segera setelah dipinang oleh PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI). Alih-alih terjun langsung ke persaingan bank digital, BNI memilih menggunakan strategi tidak langsung melalui anak usaha.
Sementara itu, Superbank merupakan brand baru hasil transformasi dari PT Bank Gama International. Bank ini juga menjadi kendaraan dari grup bisnis lainnya, yakni Grup Emtek, untuk turut mencicipi peluang besar di industri perbankan digital.
Langkah kedua bank ini untuk terjun ke industri yang relatif baru tersebut tentu saja memiliki peluang dan tantangannya tersendiri. Bagaimanapun, masa depan industri perbankan adalah di ranah digital melalui kolaborasi ekosisten. Namun, di sisi lain, peta persaingan industri ini makin padat.
4. Tanda Tanya Negara di Banjir Impor Sepatu dan Baju
Industri tekstil dan produk tekstil keluhkan banyaknya produk ilegal yang membanjiri pasar domestik membuat produknya sulit memenangkan persaingan.
Direktur Industri, Tekstil, Kulit dan Alas Kaki Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Adie Rochmanto Pandiangan menyebutkan, pihaknya telah mengupayakan berbagai hal dalam penguatan pasar dalam negeri. Namun, derasnya impor ilegal terutama pakaian dan sepatu bekas bukan ranah Kemenperin.
“Ini kan bukan [urusan] saya. Tanya dong bagaimana Bea Cukai, TNI Polri bagaimana, kenapa bisa lolos itu,” kata Adie kepada Bisnis di Kantor Kemenperin pada Selasa (28/2/2023).
Menurut Adie, Kemenperin telah merekomendasikan berbagai kebijakan pada pihak terkait yang memangku kewenangan, dalam hal ini Kementerian Perdagangan (Kemendag) juga Kementerian Koordinasi Bidang Perekonomian (Kemenko Perekonomian).
5. Geliat Belanja Pebisnis Jepang Jadi Peluang Investasi Bagi RI
Korporasi di Jepang membukukan kenaikan belanja dalam 5 kuartal berturut-turut di tengah lesunya ekonomi global. Hal ini bisa menjadi sinyal bagus bagi negara destinasi investasi, termasuk Indonesia.
Kementerian Keuangan Jepang melaporkan belanja perusahaan atau biasa disebut dengan capex di luar perangkat lunak meningkat 0,3 persen sepanjang Desember 2022 - Februari 2023 dibandingkan dengan kuartal sebelumnya, seperti dilaporkan Bloomberg.
Angka ini berbeda dari perkiraan Kantor Kabinet yang menyatakan kemungkinan perusahaan memangkas belanjanya hingga 0,5 persen pada periode tersebut.
Kenaikan belanja terpantau dari perusahaan manufaktur yang sebesar 1,1 persen, sedangkan perusahaan di bidang jasa justru memangkas tipis pengeluaran belanjanya.
