Bisnis.com, JAKARTA – Laju inflasi Indonesia pada Februari 2023 diperkirakan melandai jika dibandingkan dengan periode bulan sebelumnya.
Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman memperkirakan Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Februari 2023 akan mengalami inflasi sebesar 0,13 persen secara bulanan (month-to-month/mtm).
Tingkat inflasi tersebut lebih rendah jika dibandingkan dengan inflasi pada Januari 2023 yang tercatat mencapai 0,34 persen mtm.
“Kenaikan inflasi pangan terlihat tidak terlalu tinggi, tarif angkutan udara terus mencatat deflasi, harga emas turun, dan nilai tukar rupiah menguat,” katanya, Selasa (28/2/2023).
Secara tahun berjalan, tingkat inflasi diperkirakan mencapai 0,47 persen (year-to-date/ytd). Sementara itu, inflasi secara tahunan diperkirakan menguat akibat dari low base effect pada tahun lalu.
“IHK tahunan diperkirakan meningkat menjadi 5,44 persen [year-on-year/yoy] pada Februari 2023, naik dari 5,28 persen yoy pada Januari 2023, tetapi lebih disebabkan oleh efek dasar yang rendah pada tahun lalu karena IHK membukukan deflasi pada Februari 2022,” jelas Faisal.
Baca Juga
Sejalan dengan itu, inflasi inti diperkirakan melemah menjadi 3,21 persen yoy, lebih rendah dari tingkat pada bulan sebelumnya 3,27 persen dikarenakan dampak putaran kedua dari penyesuaian harga BBM bersubsidi tahun lalu berkurang lebih cepat dari perkiraan sebelumnya.
Faisal mengatakan inflasi tahunan diperkirakan akan kembali ke dalam kisaran target pada semester kedua tahun 2023. Namun demikian, inflasi diperkirakan tetap di atas kisaran target 2–4 persen setidaknya hingga semester pertama tahun 2023.
“Ini akan berkisar sekitar 4–6 persen yoy pada semester pertama 2023 sebelum turun ke kisaran target pada semester kedua di tengah low base effect pada semester I/2022 dan dampak putaran kedua yang terlihat benar-benar berkurang pada semester II/2023,” katanya.
Secara keseluruhan, dia memperkirakan tingkat inflasi domestik akan berada di sekitar 3,60 persen pada akhir 2023.