Bisnis.com, JAKARTA – Laju inflasi Argentina melesat ke level tertinggi sejak 1991 setelah upaya pemerintah mengendalikan harga tidak membuahkan hasil.
Dilansir dari Bloomberg pada Rabu (15/2/2023), indeks harga konsumen naik tajam 98,8 persen pada Januari secara year-on-year (yoy). Laju inflasi ini lebih tinggi dari proyeksi ekonom yang memperkirakan inflasi 98,6 persen. Dibandingkan bulan sebelumnya, inflasi Argentina mencapai 6 persen.
Biaya yang lebih tinggi untuk rekreasi, perumahan dan komunikasi mendorong kenaikan di bulan Januari secara bulanan. Kenaikan harga makanan, kategori tertimbang terbesar dalam indeks, juga berada di atas inflasi umum.
Ekonom Bloomberg Economics Ardiana Dupita mengatakan inflasi di Argentina masih panas dan meluas. Hal ini menunjukkan bahwa langkah kebijakan suku bunga riil yang rendah serta kontrol harga dan mata uang tidak berhasil menjinakkan tekanan harga.
“Kami memperkirakan inflasi akan mencapai kisaran 100 persen sepanjang tahun ini," ungkap Dupita.
Meskipun inflasi adalah masalah abadi di Argentina, inflasi di negara ini telah meningkat menjadi salah satu yang tertinggi di dunia karena pemerintahan Presiden Alberto Fernandez berjuang keras untuk membangun rencana ekonomi yang kredibel.
Menjelang pemilihan presiden bulan Oktober mendatang, pemerintah terus mencetak uang dengan masif sehingga makin memperburuk inflasi. Selain itu, kenaikan dengan harga energi setelah invasi Rusia ke Ukraina juga berkontribusi besar.
Strategi tidak konvensional Fernandez untuk menahan inflasi dengan menahan harga serta kontrol mata uang telah gagal untuk meredam kenaikan biaya hidup dan ekspektasi di masa depan. Para ekonom memperkirakan inflasi tahunan akan mencapai 98 persen tahun ini.