Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pandemi Mereda, Layanan Pesan Antar Makanan Meledak

Permintaan konsumen untuk pengiriman makanan secara online telah meningkat secara konsisten selama pandemi dan memasuki pasca-pandemi.
Seorang kurir Go-Food, layanan pesan-antar makanan yang dioperasikan oleh PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO), sedang mengambil pesanan pelanggan di Jakarta, Indonesia. - Bloomberg/Dimas Ardian
Seorang kurir Go-Food, layanan pesan-antar makanan yang dioperasikan oleh PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO), sedang mengambil pesanan pelanggan di Jakarta, Indonesia. - Bloomberg/Dimas Ardian

Bisnis.com, JAKARTA — Layanan pesan antar makanan daring atau online food delivery (OFD) masih menjadi pilihan masyarakat Indonesia dalam membeli makanan atau minuman terlebih setelah aktivitas masyarakat kembali normal usai pandemi.

Hal tersebut tergambarkan dari berbagai survei yang dilakukan oleh lembaga-lembaga riset di dalam dan luar negeri.

Salah satunya, dalam survei milik Measurable AI. Lembaga riset global tersebut baru-baru ini merilis laporan bertajuk Asia Online Delivery Report: Food + Grocery.

Measurable AI menganalisis tren pasar OFD selama empat tahun terakhir (2019-2022) di sembilan negara Asia yaitu Singapura, Malaysia, Thailand, Filipina, Hong Kong, Taiwan, India, Jepang, dan Indonesia.

Hasil risetnya menyatakan bahwa industri OFD terus menunjukan pertumbuhan positif di berbagai negara. 

“Pandemi telah membawa perubahan cepat dalam industri pengiriman makanan online, dan memberikan perubahan nyata dalam kebiasaan belanja konsumen," tulis laporan tersebut yang dikutip, Selasa (7/2/2023).

Bahkan, khusus untuk Asia saja, kumpulan data Measurable AI mencatat bahwa permintaan konsumen untuk pengiriman makanan secara online telah meningkat secara konsisten selama pandemi dan memasuki pasca-pandemi.

Selain permintaan terhadap layanan OFD tumbuh sejak 2019, nilai rata-rata per-transaksi atau Average Order Value (AOV) juga meningkat di beberapa negara. Salah satunya Indonesia yang peningkatannya cukup tinggi, yaitu hampir 50 persen. Dari kisaran Rp40.000 pada tahun 2019, naik menjadi Rp 60.000 di tahun 2022. 

Analisis tersebut diperoleh Measurable AI dari data-data kwitansi elektronik (e-receipt) dari transaksi yang dilakukan oleh panel konsumen yang telah menyetujui untuk membagi datanya dengan Measurable.

Data-data transaksi ini kemudian diolah untuk bisa memberikan gambaran mengenai tren dari OFD. Metode ini dianggap lebih kuat karena ditopang oleh data riil yang lebih akurat dibandingkan dengan riset yang menggunakan metode survei yang hanya mengandalkan ingatan dari responden.

Dari data transaksi yang dihimpun oleh Measurable AI, platform GoFood besutan Gojek unggul tipis dari GrabFood dalam penguasaan pangsa pasar atau market share di kalangan konsumen Indonesia.

Measurable AI juga memaparkan bahwa konsumen di Indonesia tergolong paling loyal terhadap platform OFD yang mereka gunakan jika dibandingkan dengan negara-negara Asia lainnya. Hanya terdapat 8 persen konsumen yang sering gonta-ganti platform OFD (GoFood dan GrabFood). Sedangkan sisanya konsisten menggunakan GoFood atau GrabFood saja.

Berbeda dengan Taiwan, Hong Kong dan Jepang, dimana di negara-negara tersebut tingkat loyalitasnya terbilang paling rendah diantara sembilan negara yang dianalisis. Di Taiwan dan Hong Kong misalnya, ada sebanyak 28 persen konsumen OFD di negara tersebut yang seringkali menggunakan platform berbeda-beda dalam memesan makanan.

Tren layanan pesan antar makanan online di Indonesia juga terlihat dari riset yang dilakukan oleh Populix, sebuah perusahaan penyedia layanan riset dan consumer insights dalam negeri. Sesuai dengan judulnya, Memahami Trend Makanan Dan Minuman Pada Gen Z & Milenial, Populix fokus melakukan riset pada dua generasi tersebut, Z dan milenial.

Dalam risetnya, Populix menulis bahwa Gen Z dan milenial adalah dua kelompok generasi dengan jumlah paling besar, bukan hanya di Indonesia, namun juga di dunia saat ini. Kedua generasi ini adalah kelompok populasi yang paling banyak berkontribusi dalam kegiatan jual beli dan konsumsi dalam beberapa tahun terakhir dan untuk beberapa tahun ke depan,” kata Populix dalam risetnya tersebut. 

Total ada sebanyak 3.138 orang menjadi responden yang terdiri dari 1.590 generasi Z dan 1.548 generasi milenial. Dari riset itu ditemukan bahwa Gen Z dan Milenial (57 persen) lebih sering membeli makanan dari luar dibanding memasak makanan sendiri atau makan apa yang tersedia di rumah.

Baik Gen Z maupun Milenial melihat makanan sebagai kebutuhan primer dalam keseharian sehingga berpotensi menjadi penggerak utama pertumbuhan nilai transaksi OFD ke depannya.

Dalam satu pekan, Gen Z dan Milenial memesan makanan secara online bisa dua sampai tiga kali. Bahkan Gen Z memiliki kecenderungan membeli makanan online dalam frekuensi yang lebih tinggi dibandingkan milenial. 

“Harga merupakan pertimbangan teratas untuk Gen Z dan Milenial, tapi dengan memperhatikan juga kualitas layanan dan tersedianya promo dari e-Commerce,” tulis Populix.

Ada tiga platform atau aplikasi bagi kalangan Gen Z dan Milenial dalam memesan kuliner online. Yaitu GoFood, GrabFood, dan Shopee Food. Dimana GoFood menjadi aplikasi yang paling banyak digunakan oleh kedua generasi tersebut, yaitu mencapai 46 persen. Sementara  GrabFood 32 persen, dan Shopee Food 22 persen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper