Bisnis.com, JAKARTA – Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede memperkirakan tingkat inflasi pada Januari 2023 akan mencapai 0,46 persen secara bulanan (month-to-month/mtm).
Secara tahunan, inflasi pada periode tersebut diperkirakan mencapai 5,4 persen (year-on-year/yoy), lebih rendah dari bulan sebelumnya sebesar 5,51 persen yoy.
Menurut Josua, perkembangan inflasi pada Januari didorong oleh inflasi komponen inti dan inflasi harga bergejolak atau volatile food.
“Inflasi inti diperkirakan berkisar 3,23 persen yoy dipengaruhi oleh kenaikan harga emas sekitar 3 persen mtm sepanjang Januari,” katanya kepada Bisnis, Selasa (31/1/2023).
Sementara itu, dia memperkirakan inflasi harga bergejolak dipengaruhi oleh kenaikan harga pangan seperti beras sebesar 2 persen, bawang merah 5,4 persen, bawang putih 4,4 persen, cabai merah 6,5 persen, cabai rawit 9,9 persen, dan minyak goreng 0,7 persen mtm.
Josua juga memperkirakan laju inflasi hingga akhir tahun akan cenderung melandai, sejalan dengan isasi dampak kenaikan harga BBM serta upaya BI untuk menjangkar ekspektasi inflasi dengan kenaikan suku bunga acuan BI sejak semester II/2022.
Baca Juga
Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman memperkirakan inlfasi pada Januari 2023 akan mencapai 0,42 persen secara bulanan, lebih rendah dari inflasi pada Desember 2022 yang mencapai 0,66 persen mtm.
Penyumbang inflasi pada Januari 2022 kata Faisal terutama dipicu oleh inflasi pangan, di tengah kenaikan harga beras dan beberapa tanaman hortikultura.
“Apalagi, harga emas terpantau naik di tengah meningkatnya risiko perlambatan ekonomi global. Komoditas yang diperkirakan mampu menekan inflasi adalah harga BBM akibat penurunan harga Pertamax dan tarif angkutan udara yang cenderung turun,” katanya.
Secara tahunan, dia memperkirakan inflasi pada Januari 2023 mencapai 5,36 persen yoy. Sejalan dengan itu, inflasi inti diperkirakan menguat menjadi 3,39 persen yoy, naik dari bulan sebelumnya 3,36 persen, seiring dengan pencabutan PPKM yang akan mendorong peningkatan permintaan.