Bisnis.com, JAKARTA - Kamar Dagang dan Industri (Kadin) meminta pemerintah untuk menyiapkan rencana kontingensi di tengah komitmen penghentian izin ekspor konsentrat tembaga pada Juni 2023 mendatang.
Ketua Komite Tetap Minerba Kadin Indonesia Arya Rizqi Darsono mengatakan, rencana kontigensi itu diperlukan untuk mengantisipasi minimnya serapan tembaga di dalam pasar domestik saat ini.
“Dalam waktu dekat, pemerintah perlu menyiapkan contigency plan apabila domestic market belum siap untuk dapat menyerap hingga COD [commercial operation date] dari smelter Freeport dan Amman Mineral beroperasi penuh,” kata Rizqi saat dihubungi, Selasa (10/1/2023).
Rizqi berharap pemerintah dapat melibatkan Kadin terkait dengan penyusunan rencana kontingensi tersebut menjelang kebijakan moratorium ekspor mineral yang rencananya berlaku efektif pertengahan tahun ini.
Di sisi lain, dia berpendapat, pemerintah perlu mempercepat investasi dan pengerjaan pabrik baterai kendaraan listrik milik PT Industri Baterai Indonesia atau Indonesia Battery Corporation (IBC).
Pabrik baterai yang melibatkan konsorsium PT Ningbo Contemporary Brunp Lygend Co, Ltd. (CBL) dan LG Energy Solution (LG) itu diharapkan dapat ikut meningkatkan permintaan katoda tembaga tahun ini.
Baca Juga
“Harapan kami, rencana pembangunan pabrik baterai IBC bisa segera terealisasi,” kata dia.
Berdasarkan hitung-hitungan PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT), produksi katoda tembaga dalam negeri akan mencapai sekitar 1,1 juta ton pada 2025 mendatang. Proyeksi itu berasal dari target beroperasinya proyek smelter PT Freeport Indonesia (PTFI) dan Amman Mineral yang dipatok rampung pada akhir 2024.
Sementara itu, permintaan katoda tembaga di dalam negeri saat itu diperkirakan baru mencapai kisaran 300.000 ton. Malahan potensi serapan permintaan industri hilir dipastikan masih bergerak lamban pada 2030 dan 2040 di angka masing-masing 575.000 ton dan 1 juta ton.
Seperti diberitakan sebelumnya, Presiden Joko Widodo atau Jokowi menegaskan dirinya bakal menghentikan izin ekspor tembaga pada pertengahan tahun ini.
“Meski kita ditakut-takuti kalah di WTO kita tetap terus [hilirisasi], justru kita tambah setop bauksit. Nanti pertengahan tahun lagi kita setop tembaga kita harus berani,” kata Jokowi saat menyampaikan pidato politik dalam acara ulang tahun PDI Perjuangan yang disiarkan lewat Youtube, Selasa (10/1/2023).
Rencana moratorium ekspor itu, kata Jokowi, menjadi bagian dari peta jalan industrialisasi bahan baku kendaraan listrik yang bakal menjadi andalan Indonesia mendatang.
Berbarengan dengan kebijakan dagang itu, dia mengatakan, pemerintah tengah mengkaji upaya integrasi sejumlah pusat industri hulu hingga hilir dari nikel, bauksit, tembaga hingga timah yang menjadi komponen utama pembentukan baterai hingga kendaraan listrik di dalam negeri.
Kendati demikian, dia mengakui, rencana integrasi sejumlah pusat industri yang tersebar di beberapa daerah itu relatif sulit dilakukan. Dia berharap peta jalan itu dapat tetap menjadi prioritas dari pemerintahan selanjutnya.