Bisnis.com, JAKARTA - Presiden China Xi Jinping dan Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr. sepakat untuk melanjutkan pembahasan terkait eksplorasi minyak dan gas di Laut China Selatan dan membahas perbedaan maritim secara damai, setelah bertemu di Beijing pada Rabu (4/1/2023).
Kedua belah pihak memutuskan untuk membangun mekanisme komunikasi langsung antara Departemen Perbatasan dan Kelautan Kementerian Luar Negeri China dan Kantor Kelautan dan Kelautan Departemen Luar Negeri Filipina.
“China bersedia menangani masalah maritim dengan pihak Filipina dengan baik melalui konsultasi yang bersahabat, dan memulai kembali negosiasi eksplorasi minyak dan gas,” jelas Jinping, melansir Bloomberg, Kamis (5/1/2023).
Mereka juga berencana untuk memperluas kerja sama di bidang pertanian, infrastruktur, dan budaya.
Perlu diketahui, mantan Presiden Filipina Rodrigo Duterte mengakhiri pembicaraan dengan Beijing pada Juni lalu, terkait eksplorasi minyak dan gas di laut yang disengketakan. Teodoro Locsin, Kepala Urusan Luar Negeri saat itu mengatakan, diskusi telah berlangsung sejauh ‘konstitusional memungkinkan’.
Kunjungan Marcos terjadi di tengah ketegangan baru antara kedua negara atas klaim teritorial di Laut China Selatan. Bloomberg melaporkan, China sedang membangun beberapa fitur tanah kosong pada Desember 2022 lalu. Tindakan tersebut kemudian membuat Filipina meningkatkan pasukan militernya di perairan yang menjadi tempat sengketa dan meminta China untuk menahan diri dari tindakan yang bisa memperburuk ketegangan di wilayah tersebut.
Baca Juga
Negara yang terletak di kawasan Asia Tenggara ini juga menyatakan prihatin atas berkumpulnya kapal-kapal China di dekat pantai barat Filipina. Tindakan tersebut mendapatkan dukungan dari Departemen Luar Negeri AS dan meminta Beijing untuk menghormati hukum internasional.
Jinping mengatakan kepada Marcos bahwa kedua negara harus bekerja sama untuk menjaga peran sentral ASEAN dalam pembangunan regional dan menghindari konfrontasi antar blok, yang menunjukkan kekhawatiran tentang pengaruh AS di kawasan tersebut.
Pemerintah Marcos telah meningkatkan protes diplomatik terhadap China dan membina hubungan yang lebih dekat dengan AS, yang diremehkan oleh Duterte. Selama pertemuan dengan Marcos pada September, Presiden Joe Biden menegaskan kembali “komitmen kuat” negaranya untuk membela Filipina.
Adapun selama kunjungan tersebut, kedua negara menandatangani perjanjian yang mencakup pinjaman senilai US$201,8 juta dengan Bank Ekspor-Impor China untuk proyek jembatan. Hal tersebut disampaikan oleh Menteri Keuangan Filipina Benjamin Diokno.
Perdana Menteri China Li Keqiang juga bertemu Marcos pada hari Rabu dan mengatakan kepadanya bahwa China bersedia memperdalam kerja sama ekonomi dan perdagangan dengan Filipina untuk mendorong volume perdagangan antara kedua negara menjadi lebih dari US$100 miliar.
Pada 2021, volume perdagangan antara China dan Filipina mencapai US$82,05 miliar, 34 persen lebih tinggi dari tahun lalu.
“China juga akan membantu Filipina meningkatkan kapasitas produksi biji-bijiannya,” kata Li kepada Marcos.
Marcos, yang menyebut China sebagai mitra terkuat Filipina dalam pemulihan pandemi, mengatakan dia menerima komitmen dari Jinping untuk mempersempit defisit perdagangan dengan China saat China siap menerima produk pertanian Filipina.
Marcos sendiri dijadwalkan bertemu dengan pengusaha China pada Kamis pagi (5/1/2023), untuk membahas prospek kerja sama seperti pemrosesan nikel dan produksi kendaraan listrik.