Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Suku Bunga The Fed Naik 50 Basis Poin, Ini Dampaknya Bagi Ekonomi Indonesia

Kenaikan suku bunga the Fed telah diantisipasi pasar karena data inflasi negara AS telah menunjukkan tanda-tanda penurunan.
Gedung Federal Reserve Marriner S. Eccles di Washington, D.C., AS, Selasa, (23/8/2022). Bloomberg/Graeme Sloan
Gedung Federal Reserve Marriner S. Eccles di Washington, D.C., AS, Selasa, (23/8/2022). Bloomberg/Graeme Sloan

Bisnis.com, JAKARTA — Federal Reserve (the Fed), bank sentral Amerika Serikat, kembali menaikkan Fed Funds Rate (FFR) sebesar 50 basis poin menjadi 4,2—4,5 persen pada bulan ini.

Chief Economist PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Andry Asmoro menyampaikan bahwa kenaikan suku bunga the Fed tersebut seperti yang telah diantisipasi pasar karena data inflasi negara itu telah menunjukkan tanda-tanda penurunan.

Pada November 2022, inflasi Amerika Serikat (AS) tercatat mencapai 7,1 persen, terendah sejak Desember 2021.

“Ini menunjukkan upaya untuk memerangi inflasi terpanas dalam empat dekade mulai membuahkan hasil,” kata Andry, Kamis (15/12/2022).

Namun demikian, Andry mengatakan inflasi AS masih jauh di atas target 2 persen untuk jangka waktu yang lebih lama, sehingga masih mengharuskan the Fed untuk terus menaikkan FFR ke depan meski kenaikan diperkirakan semakin kecil.

“The Fed mungkin akan terus meningkatkan FFR pada semester I/2023 dan menahannya pada semester II/2023 sambil tetap memperhatikan inflasi,” jelasnya.

Lantas, bagaimana dampaknya pada perekonomian Indonesia? Andry mengatakan, kenaikan suku bunga yang kurang agresif oleh the Fed pada pertemuan FOMC Desember 2022 awalnya diharapkan dapat memberikan sentimen positif ke pasar keuangan di negara berkembang

Namun, FFR diproyeksikan tetap tinggi untuk waktu yang lebih lama. Sikap moneter yang tetap hawkish pada 2023 ini telah kembali memicu ketakutan akan risiko resesi global tahun depan, memperpanjang ketidakpastian, dan memberikan rintangan untuk arus masuk dan tekanan untuk mata uang di negara-negara berkembang.

Menurutnya, dampak tersebut tidak akan signifikan bagi perekonomian Indonesia karena fundamental yang kuat, namun kewaspadaan tetap diperlukan, terutama dalam jangka pendek.

Dia menilai, Bank Indonesia akan mengikuti perlambatan kenaikan suku bunga acuan di dalam negeri karena inflasi domestik yang terkendali dan sektor eksternal Indonesia yang tetap kuat.

Andry memperkirakan, suku bunga acuan BI masih akan meningkat sebesar 25 basis poin menjadi 5,5 persen pada Desember 2022.

“Selanjutnya akan meningkat menjadi 5,75 persen pada 2023 karena inflasi tahunan diperkirakan tetap berada di atas kisaran target inflasi 2–4 persen, sekitar 5–6 persen secara tahunan hingga semester I/2023,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Maria Elena
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper