Bisnis.com, JAKARTA - Salah satu pejabat Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves), yang dipimpin Luhut Binsar Pandjaitan, mengibaratkan pola pikir Indonesia dalam mengelola perekonomian seperti ayam dan monyet. Mengapa?
Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan Kemenko Marves Septian Hario Seto menyampaikanpemerintah saat ini terus mendorong hilirisasi untuk memberikan nilai tambah bagi perekonomian Indonesia. Pemikiran tersebut cukup berbeda jika dibandingkan sebelumnya. Seto mengasosiasikan, pola pikir Indonesia dulunya seperti ekonomi ayam.
“Kenapa sih ekonomi ayam? Karena ayam itu kalau cari makan dia gali-gali terus dia makan. Sama kayak kita. Kita nambang, gali-gali, ekspor,” kata Seto dalam Forum Kemitraan Investasi di Hotel Four Seasons, Jakarta, Rabu (7/12/2022).
Tak hanya ekonomi ayam, Seto juga mengasosiasikannya dengan ekonomi monyet.
Lebih lanjut dia mengatakan saat ini pola pikir tersebut sudah berubah. Indonesia kini mulai mengolah sumber daya alamnya menjadi sesuatu yang bernilai tambah tinggi sehingga berdampak signifikan terhadap perekonomian domestik.
“Kenapa? Monyet kan petik langsung dimakan, petik langsung dimakan,” ujarnya.
Baca Juga
Sebagaimana diketahui, pemerintah resmi memberlakukan pelarangan ekspor bijih nikel sejak 2020 lalu. Aturan tersebut ditetapkan melalui Peraturan Menteri ESDM Nomor 11/2019.
Adapun hilirisasi nikel menjadi besi baja telah berkontribusi signifikan terhadap peningkatan ekspor. Hingga Oktober 2022, kontribusi ekspor nikel tercatat sudah mencapai US$28,3 miliar dan diperkirakan dapat mencapai US$33 miliar pada akhir 2022.
Kedepannya, pemerintah juga berencana untuk menerapkan kebijakan serupa terhadap sumber daya alam mineral lainnya.
“Jadi ini sesuatu yang sangat signifikan,” tutur Seto.