Bisnis.com, BADUNG – Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) memasang target ambisius untuk investasi pada 2023. Mereka mematok terjadi kenaikan investasi sebesar 20 persen dibandingkan tahun ini.
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan bahwa untuk tahun ini, instansinya telah memasang target kenaikan 20 persen dibandingkan 2021, yaitu sebesar US$13,2 miliar.
Hingga kuartal III/2022, SKK Migas setidaknya telah menangkap investasi yang terealisasi sebesar US$7,7 miliar. Artinya, masih ada US$5,5 miliar yang harus dikejar di sisa 3 bulan 2022.
“Tahun 2023 kita sedang susun work plan budget. Tapi kami kejar kenaikan 20 persen,” katanya saat ditemui wartawan di Badung, Bali.
Dari aktivitas pengeboran, Dwi menjelaskan bahwa terjadi peningkatan yang cukup signifikan. Pada tahun pertama Covid-19 menghantam dunia atau pada 2020, ada 240 sumur yang dieksplorasi.
“Tahun ini outlook kita ada 800 sumur dan tahun depan sudah setuju dengan kontraktor sebanyak 1.050 sumur. Jadi cukup progresif dalam hal aktivitas,” jelasnya.
Baca Juga
Pemerintah memang terus menggenjot produksi migas karena sedang mengejar produksi 1 juta barel per hari (bph) minyak dan 12 miliar standar kaki kubik per hari (Bscfd) gas pada 2030.
Proyek tersebut setidaknya membutuhkan investasi senilai US$179 miliar atau Rp2,8 kuadriliun (konversi kurs Rp15.704).
Dwi mengatakan bahwa target tersebut dibuat sebelum Covid-19 menghantam dunia, termasuk Indonesia. Pandemi tak bisa dimungkiri menghambat produksi.
“Sehingga membuat sekarang posisinya untuk minyak itu kita ketinggalan sekitar 50.000 [barel per hari]. Jadi, saat ini posisinya kira-kira output-nya tahun ini adalah 630.000 [barel],” katanya.
Dwi menjelaskan bahwa yang menjadi tantangan saat ini adalah ketika menyusun target yang berlangsung sebelum Covid-19, pengurasan minyak tahap lanjut (enhanced oil recovery/EoR) di Blok Rokan cukup besar kontribusinya.
Bahan kimia (chemical) EoR saat itu hingga kini masih impor. Yang jadi masalah adalah pengiriman tersendat akibat Covid-19.
Itu sebabnya SKK Migas tengah menjajaki bekerja sama dengan produsen chemical dari dalam negeri. Selain dapat menekan biaya produksi, upaya ini juga sekalian antisipasi jangka panjang.
“Ini yang kita harapkan untuk mendapatkan plan of development untuk EoR hari ini bisa segera dapatkan tahun depan,” jelasnya.