Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Indonesia Diminta Manfaatkan Peluang Investasi Energi Hijau dari PGII

Partnership for Global Infrastructure and Invesment (PGII) bakal berinvestasi sebesar US$ 600 miliar kepada negara-negara berkembang selama 5 tahun ke depan.
Pekerja membersihkan panel Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di Desa Sengkol, Kecamatan Pujut, Praya, Lombok Tengah, NTB, Selasa (2/2/2021)./ANTARA FOTO-Ahmad Subaidi
Pekerja membersihkan panel Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di Desa Sengkol, Kecamatan Pujut, Praya, Lombok Tengah, NTB, Selasa (2/2/2021)./ANTARA FOTO-Ahmad Subaidi

Bisnis.com, JAKARTA - Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Mohammad Faisal menyambut positif upaya Partnership for Global Infrastructure and Invesment (PGII) yang bakal berinvestasi US$ 600 miliar selama 5 tahun ke depan.

Faisal menyarankan Pemerintah Indonesia untuk memanfaatkan peluang tersebut dan mendorong sekaligus mempercepat transisi energi. Pasalnya, investasi berupa pinjaman dan hibah itu dilakukan oleh PGII untuk proyek infrastruktur berkelanjutan bagi negara berkembang.

"Kalau ini yang dimaksudkan untuk membangun infrastruktur berkelanjutan saya harapkan juga ini berkaitan dengan infrastruktur-infrastruktur yang arahnya adalah mendorong transformasi ke yang lebih hijau, dari sisi energi misalnya," tutur Faisal dalam keterangan resminya di Jakarta, Rabu (16/11).

Menurutnya, Indonesia punya beragam sumber daya energi hijau yang belum digarap karena ada masalah pada pendanaan.

Dia menjelaskan bahwa sektor energi hijau atau berkelanjutan membutuhkan biaya yang sangat besar untuk direalisasikan.

"Jadi kalau kita bicara infrastruktur energi terutama yang lebih hijau, problemnya memang selama ini dari pembiayaan atau kebutuhan investasinya besar," katanya.

Faisal juga mendorong agar Pemerintah bisa cepat memanfaatkan peluang tersebut sehingga energi hijau bisa segera terealisasi di Indonesia.

"Diharapkan Indonesia bisa menjadi jembatan dari kebutuhan tersebut. Jadi ini kalau memang ada komitmen ya memang perlu diikat, karena kita memang dari sisi kebutuhan investasi infrastruktur yang berkelanjutan itu memang besar," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Wahyu Arifin
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper