Bisnis.com, JAKARTA – Petani milenial Yance Maring mengungkapkan berbagai teknologi yang berguna untuk mengoptimalisasi lahan pertanian dalam acara Festival Literasi Digital.
Bisnis Indonesia Group menggelar Festival Literasi Digital dengan tema Menjangkau yang Terjauh, Jadilah Pahlawan Digital di Universitas Nusa Cendana (Undana), Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) pada hari ini, Sabtu (12/11/2022).
Festival Literasi Digital merupakan penutup dari program peliputan Bisnis Indonesia bertajuk Jelajah Sinyal di NTT. Salah satu agenda Festival Literasi Digital adalah diskusi pertanian digital.
Yance yang menjadi pembicara mengaku sempat menggunakan sistem konvensional dalam bertani, tetapi gagal karena tempat tinggalnya di Desa Kloang Popot, Kecamatan Hewo Kloang, Sikka, NTT, merupakan daerah lahan kering.
Oleh sebab itu, dia akhirnya memilih memanfaatkan teknologi untuk mengoptimalisasi lahan pertaniannya. Hasilnya, banyak efek positif yang dia rasakan.
Salah satu teknologi yang Yance gunakan adalah pemonitor unsur hara di tanah secara real time. Selain itu, alat monitor tersebut didukung oleh teknologi sensor perkiraan cuaca.
Baca Juga
“Sehingga kalau kita menggunakan alat ini akan mendapatkan acuan. Kita bisa menentukan pola tanam, lalu sistem perawatan seperti apa. Itu yang kita sudah coba terapkan,” jelas Yance.
Untuk menghemat air, Yance mengatakan ada dua teknologi yang bisa digunakan. Pertama, menggunakan aplikasi di gawai pintar yang bisa memerintahkan alat penyiram tanaman, di manapun kita berada. Kedua, menggunakan teknologi sensor kelembaban tanah.
“Kalau kelembaban tanah sudah berlebihan atau sudah melewati ambang batas maka air itu akan habis sendiri. Begitu pun ketika tanah sudah terlalu kering sesuai rekomendasi yang kita buat, maka dia akan hidup dengan sendirinya. Maka itu betul-betul pengairan yang presisi sesuai kebutuhan tanaman,” ungkap Yance.
Setelah menggunakan berbagai teknologi tersebut, Yance mengaku produksi lahan pertanian milik dirinya dan teman-temannya meningkat. Dia mencontohkan, setidaknya ada peningkatan produksi seperempat persen setiap musim tanam.
“Sebelum menggunakan teknologi ini, cabai misalkan, mereka masih hanya bisa menghasilkan 2 kg per-musim tanam, sekarang mereka bisa menghasilkan dua setengah kilo per-musim tanam,” ujarnya.
Tak sampai, kini Yance dan kawan-kawannya juga dapat memanfaat lahan-lahan kering yang sebelum tak bisa dikelola. Bahkan, menurutnya, kini semakin banyak anak-anak muda yang jadi tertarik menjadi petani milenial ala dirinya.
“Sekarang banyak teman-teman muda yang berani terjun ke dunia pertanian, dan sekarang mereka sudah banyak mereka yang serius di sektor itu,” jelas Yance.