Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jepang Tunda Reformasi Pajak Karbon Tahun Depan, Target Net Zero Emission Bisa Molor?

Pemerintah Jepang beralasan reformasi pajak karbon akan menambah biaya hidup masyarakat yang sudah melonjak. 
Ilustrasi emisi karbon dari sebuah pabrik/ Bloomberg
Ilustrasi emisi karbon dari sebuah pabrik/ Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah Jepang menunda rencana reformasi pajak karbon untuk menekan biaya hidup. Penundaan ini bisa memperlambat upaya untuk bebas dari penggunaan bahan bakar fosil.

Dilansir dari Bloomberg pada Selasa (8/11/2022), rencananya kebijakan pajak karbon baru akan diterapkan pada tahun fiskal 2023 yang dimulai pada April tahun depan. Pemerintah Jepang beralasan reformasi pajak karbon akan menambah biaya hidup masyarakat yang sudah melonjak. 

Kementerian Lingkungan Jepang telah mengajukan proposal untuk pengenalan pajak karbon yang lebih substansial dalam revisi pajak tahunan sebelumnya, akan tetapi pemerintah menunda rencana ini menyusul protes dari industri. 

Jepang menjadi negara pertama di Asia yang mengenakan retribusi pada emisi bahan bakar fosil pada tahun 2012, tetapi ditetapkan hanya 289 yen (US$1,97) per ton setara CO2. Para kritikus menilai pajak tersebut terlalu rendah untuk memacu perubahan dalam pembangkit listrik dan perilaku industri besar.

Penundaan akan mempersulit Jepang untuk mencapai target guna memotong emisi gas rumah kaca sebesar 46 persen dari level 2013 pada akhir dekade ini, dan mencapai emisi nol bersih pada tahun 2050.

Jepang bergegas untuk melepaskan kebijakan untuk meringankan beban inflasi yang lebih cepat pada rumah tangga. Pasalnya, pajak yang lebih tinggi penghasil emisinya diperkirakan meningkatkan biaya tagihan listrik bagi konsumen.

Jepang yang kurang akan sumber daya sangat tergantung pada bahan bakar fosil untuk pembangkit listrik dan menggerakkan roda ekonomi, sehingga dengan gas alam dan batu bara digunakan pada sebagian besar pembangkit listrik.

Meskipun kenaikan biaya di Jepang lebih rendah daripada di banyak negara maju, dampaknya diperbesar oleh yen yang melemah dengan cepat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper