Bisnis.com, JAKARTA - Federal Reverse (The Fed) umumkan kembali menaikkan suku bunga acuan sebesar 75 basis poin (bps) menjadi 3,57 persen hingga 4 persen. Menjawab hal tersebut Menteri Koordinator Bidan Perekonomian Airlangga Hartarto beberkan sejauh apa dampaknya bagi Indonesia.
Untuk diketahui sebelumnya, The Fed kembali menaikkan suku bunga acuan pada Rabu (2/11/2022) sebesar 75 bps. Kenaikan suku bunga diproyeksi masih akan berlanjut demi mampu menekan ekspektasi inflasi yang terjadi di AS.
Kebijakan yang ditetapkan oleh The Fed tersebut membawa sejumlah dampak bagi masyarakat AS di antaranya bunga kartu kredit naik, hingga harga KPR meroket. Lantas, sejauh apa dampaknya bagi Indonesia?
Dalam dialog Global Town Hall 2022 yang digelar oleh The Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI), Menko Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan bahwa ekonomi Indonesia tetap menunjukkan tren positif.
"Sejauh ini, indonesia dan sejumlah negara di ASEAN di pasar global tidak ada yang menumbuhkan [inflasi] lebih dari lima persen. Sehingga Indonesia menjadi salah satu negara yang boleh dibilang mampu beroperasi di dalam gelap," terang Airlangga pada Sabtu (5/11/2022).
Mengacu pada pernyataan yang disampaikan, Airlangga menegaskan bahwa inflasi yang terjadi di Indonesia tercatat menurun dari 5,9 persen menjadi 5,7 persen. Sementara Amerika, masih membukukan inflasi sebesar 8,2 persen.
Airlangga juga menjelaskan bahwa terdapat situasi yang berbeda antara AS dan Indonesia. Hingga saat ini, Indonesia masih mencatat indeks ekonomi yang tetap tumbuh dilihat dari indikator (purchasing managers index/PMI) yang berada di atas 50 persen.
"Indonesia berada di situasi yang berbeda dengan beberapa negara lain. Bisa kita lihat bersama, PMI indeks berada di atas 51 persen," pungkas Airlangga.
Di samping itu, Airlangga juga menjelaskan bahwa kinerja ekspor indonesia diproyeksikan akan tetap tumbuh hingga mencapai Rp60 miliar pada akhir tahun.
Dengan kondisi ekonomi tersebut, Airlangga optimis bahwa Indonesia memiliki fundamental yang kuat dalam menghadapi skenario terburuk kondisi ekonomi global.
"Jadi, memang fundamentalnya [ekonomi Indonesia] kuat. Tahun depan defisit anggaran kita proyeksikan turun lebih dari 30 persen," tambah Airlangga.