Bisnis.com, JAKARTA – PT HM Sampoerna Tbk. (Sampoerna) memandang bahwa digitalisasi merupakan suatu kebutuhan dan keharusan bagi para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Kolaborasi dan kerja sama lintas pemangku kepentingan sangat dibutuhkan untuk mendorong pertumbuhan berkelanjutan UMKM nasional.
Direktur Sampoerna Elvira Lianita mengatakan bahwa digitalisasi menjadi peluang baru bagi UMKM untuk mengakses pasar nasional dan internasional.
“Oleh karena itu, UMKM sangat membutuhkan pengetahuan, keterampilan serta dukungan digitalisasi agar sektor ini dapat semakin berdaya saing dan menjadi bagian dari rantai pasok global,” ujarnya di Jakarta, Jumat (28/10/2022).
Elvira mengatakan hal ini dalam sambutannya pada acara seminar “Digitalisasi UMKM Tempatkan UMKM Indonesia di Rantai Pasok Global”. Seminar ini menjadi acara puncak rangkaian webinar pelatihan “UMKM Untuk Indonesia: Usaha Maju Kian Makmur.”
Elvira melanjutkan, rangkaian webinar “UMKM Untuk Indonesia: Usaha Maju Kian Makmur,” yang diadakan selama 1 bulan telah menghadirkan berbagai narasumber kompeten, seperti pelaku UMKM yang sukses telah naik kelas, pemerintah, hingga akademisi.
“Tercatat, jumlah peserta webinar ini mencapai lebih dari 9.000 pelaku UMKM dari seluruh Indonesia. Dari serial webinar dan pengalaman perjumpaan Sampoerna dengan UMKM, kami melihat digitalisasi menjadi kebutuhan dan keharusan bagi pelaku UMKM,” tambahnya.
Shinta Widjaja Kamdani, Chair B20 Indonesia mengapresiasi upaya Sampoerna mendampingi dan mendukung pertumbuhan UMKM nasional.
Menurutnya, semakin banyak UMKM yang memahami digitalisasi dan masuk dalam rantai pasok ekonomi nasional dan internasional, maka kesejahteraan UMKM juga akan meningkat.
“Kami berterima kasih kepada Sampoerna, salah satu anggota B20 yang membantu UMKM untuk mewujudkan pemulihan dan pertumbuhan ekonomi yang lebih inklusif,” katanya.
Shinta menjelaskan, B20 sangat mendukung pengembangan UMKM. Dia menuturkan, bantuan permodalan serta akses pendanaan kepada UMKM belum cukup untuk memastikan UMKM tumbuh dalam jangka panjang.
Saat ini, UMKM berhadapan dengan tantangan dekarbonisasi, internasionalisasi dan digitalisasi. Untuk itu, B20 mempersiapkan dan menghadirkan dukungan komprehensif dan holistik untuk inklusivitas UMKM dan kelompok termarjinalkan.
B20 memperkenalkan kerja sama multi stakeholder dengan mengajak pelaku usaha untuk berkolaborasi dan tumbuh bersama UMKM. Untuk itu, B20 telah menghadirkan B20 WIKI (wikiwirausaha.id), suatu platform digital untuk membantu UMKM naik kelas dan menjadi bagian dari rantai pasok nasional dan global.
Direktur PT HM Sampoerna Tbk. (Sampoerna) Elvira Lianita memberikan sambutan dalam webinar hasil kolaborasi Business 20 (B20) Indonesia, KADIN, dan Bisnis Indonesia, Sampoerna bertajuk “Digitalisasi UMKM Tempatkan UMKM Indonesia di Rantai Pasok Global” pada Jumat (28/10).
Fitur dalam B20 WIKI, kata Shinta, akan membantu UMKM masuk dalam ekosistem digital. Fitur WIKI Learn, misalnya, menjadi tempat bagi UMKM berbagi pengetahuan, sementara WIKI Do memberikan informasi pelatihan bagi UMKM untuk memanfaatkan teknologi digital serta memamerkan produk mereka.
Selain itu, terdapat juga WIKI Skill, fitur matchmaking atau perjodohan UMKM dengan perusahaan besar atau pemain global dan memfasilitasi kegiatan ekspor-impor agar UMKM menjadi perusahaan kelas menengah kelas dunia.
“Platform B20 WIKI juga didukung gugus tugas digitalisasi B20 yang menciptakan perpustakaan metaverse yang mengumpulkan praktik-praktik penggunaan teknologi yang akan membantu UMKM dalam proses digitalisasi,” paparnya.
Digitalisasi Tidak Terpisahkan dari Bisnis UMKM
Teten Masduki, Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah RI, mengatakan bahwa digitalisasi menjadi kunci UMKM bertumbuh dan berkembang. Untuk itu, digitalisasi menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam bisnis UMKM.
“Potensi ekonomi digital Indonesia menjadi yang terbesar di Asia Tenggara mencapai Rp4.531 triliun. Besarnya potensi ekonomi digital ini harus diantisipasi agar tidak dibanjiri produk impor,” katanya.
Kemenkop UKM bersama Kementerian Perdagangan, kata Teten, terus menyempurnakan Perdagangan Melalui Sistem Elektronik (PMSE). Selain itu, untuk mempercepat digitalisasi UMKM, pemerintah telah mempunyai peta jalan (roadmap) digital Indonesia 2021-2024.
Teten menjelaskan, pemerintah menargetkan 30 juta UMKM tergabung dalam ekosistem digital pada 2024. Hingga sejauh ini, 20,5 juta UMKM telah terhubung dalam ekosistem digital nasional.
“Kami menyadari masih banyak pelaku UMKM yang belum terkoneksi dengan ekosistem digital. Dengan adanya kolaborasi antara pemangku kepentingan, hal ini dapat mengagregasi UMKM masuk ke dalam ekosistem digital,” tambahnya.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, Bank Indonesia mencatat 87% UMKM terdampak pandemi di mana 93% di antaranya terdampak negatif dari sisi penjualan.
UMKM, katanya, menjadi prasyarat utama mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Untuk itu, pemerintah memberikan sejumlah stimulus seperti kemudahan akses pembiayaan hingga restrukturisasi kredit.
“Pemerintah juga telah memberikan kemudahan bagi UMKM seperti pendaftaran perizinan secara elektronik, fasilitas standarisasi dan sertifikasi untuk ekspor, akses pembiayaan dan penjaminan, serta pengutamaan dalam pengadaan barang dan jasa,” katanya.
Airlangga melanjutkan bantuan pengembangan UMKM tidak hanya dalam pembiayaan tetapi juga literasi digital. Saat ini, katanya, baru 24% dari total pelaku UMKM yang memanfaatkan teknologi digital dengan berjualan di platform e-commerce.
Untuk itu, pemerintah mendorong UMKM untuk meningkatkan keterampilan digital, akselerasi, dan adopsi teknologi digital agar UMKM dapat beradaptasi dengan perubahan perilaku konsumen.
Menko Airlangga menegaskan, dengan potensi ekonomi digital terbesar di ASEAN, UMKM harus memanfaatkan peluang dengan melakukan transformasi digital, mengisi marketplace dan menjadi bagian dari rantai pasok global.
“Manfaat digitalisasi bagi pelaku UMKM akan memudahkan sinergi dengan berbagai produk jasa keuangan terutama dalam penyaluran kredit usaha rakyat,” imbuhnya.