Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah menargetkan realisasi investasi sebesar Rp1.200 triliun pada 2022. Sejumlah ekonom menilai target tersebut masih realistis melihat situasi ekonomi di akhir tahun yang kian menantang lantaran dunia dihantui resesi.
Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB UI Teuku Riefky menilai, target investasi yang ditetapkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) masih cukup realistis untuk Kementerian Investasi/BKPM. Dia yakin, Kementerian Investasi/BKPM mampu mencapai target tersebut.
“Terkait target saya rasa masih cukup realistis untuk BKPM bisa mencapai targetnya di tahun ini,” kata Riefky kepada Bisnis, Selasa (25/10/2022).
Namun, dia melihat Indonesia akan menghadapi sejumlah tantangan dalam mencapai target tersebut. Salah satunya, arus modal global yang semakin ketat akibat naiknya suku bunga kebijakan secara bersamaan yang menekan laju investasi.
Melihat kondisi tersebut, menurut Riefky pemerintah perlu tetap fokus dalam menarik investasi dan meyakinkan investor bahwa iklim investasi di Indonesia cukup baik dan kompetitif dibandingkan dengan negara berkembang lainnya.
Senada dengan Riefky, Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede memperkirakan akhir tahun ini realisasi investasi bakal mendekati target investasi pemerintah di Rp1.200 triliun.
"Kondisi ekonomi saat ini penuh dengan tantangan. Suku bunga global yang meningkat dan potensi perlambatan ekonomi global berpotensi memengaruhi ekspektasi dari investor asing," ujarnya.
Namun, investor akan tetap mempertimbangkan kondisi pasar domestik Indonesia yang besar serta cenderung memiliki bonus demografi, serta dukungan dan komitmen pemerintah untuk mendorong produksi baterai yang diharapkan akan masuk dalam global supply chain industri mobil listrik kedepannya. Sehingga, investasi di hilirisasi logam dasar seperti nikel cenderung masih akan tetap menarik.
Belum lagi dengan rencana pemerintah untuk memperluas kebijakan hilirisasi untuk produk mineral dasar lainnya seperti tembaga dan timah.
Selain itu, dia melihat prospek ekonomi Indonesia tetap akan solid dalam jangka menengah-panjang yang ditopang oleh reformasi struktural oleh pemerintah dimana Undang-undang Cipta Kerja pun harapannya akan disempurnakan dan dapat kembali diimplementasikan, harapannya akan tetap mendukung realisasi investasi.
Sementara itu, Ekonom Celios Bhima Yudhistira Adhinegara menilai pemerintah kemungkinan masih belum bisa mencapai target investasi Rp1.200 dengan situasi makro beberapa bulan mendatang.
Menurut dia, ancaman resesi global dapat memicu kekhawatiran investor lantaran resesi akan membuat biaya investasi meningkat, baik dari sisi biaya, pinjaman, maupun biaya bahan baku. Investasi yang sensitif terhadap inflasi misalnya disektor otomotif, ritel, dan properti mungkin akan wait and see atau merombak rencananya.
“Kalaupun bisa tercapai Rp1.000 triliun sebenarnya sudah cukup bagus karena investasi punya kontribusi 30 persen terhadap PDB, angka Rp1.000 triliun yang terpenting padat karya bukan sekedar padat modal atau hanya temporer mengikuti bonanza komoditas,” ungkapnya.
Pekerjaan rumah berikutnya adalah soal kualitas investasi langsung perlu didorong lebih besar ke sektor industri pengolahan yang bernilai tambah serta padat karya.
“Investasi nilainya makin naik tapi coba dilihat serapan kerja nya kurang memuaskan. Ada gap yang makin jauh antara investasi yang masuk dan penciptaan tenaga kerja. Padahal tujuan investasi salah satunya mendorong serapan kerja,” pungkasnya.
Kementerian Investasi/BKPM berhasil membukukan realisasi investasi sebesar Rp307,8 triliun pada kuartal III/2022 atau tumbuh sebesar 42,1 persen (year-on-year/yoy).
Secara kumulatif (Januari-September 2022) realisasi investasi mencapai Rp892,4 triliun atau setara dengan 74,4 persen dari target 2022 sebesar Rp1.200 triliun. Artinya, pemerintah masih harus menarik investasi senilai Rp307 triliun pada kuartal IV/2022.
Realisasi investasi secara kumulatif didominasi oleh penanaman modal asing (PMA) yang tercatat sebesar Rp479,3 triliun atau 53,7 persen dari total realisasi investasi. Jumlah tersebut meningkat sebesar 44,5 persen (yoy) dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp331,7 triliun.
Sedangkan realisasi investasi yang berasal dari penanaman modal dalam negeri (PMDN) tercatat sebesar Rp413,1 triliun atau 46,3 persen dari total realisasi. Nominal tersebut meningkat sebesar 26,1 persen (yoy) dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp327,7 triliun.
Sebelumnya, Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia optimistis pihaknya mampu mencapai target tersebut. Bahkan BKPM sudah menyusun strategi agar realisasi investasi mampu mencapai Rp1.200 triliun di akhir 2022.
Dia mengklaim BKPM telah memiliki data terkait perusahaan yang tengah berinvestasi dan akan mengawal realisasi tersebut hingga akhir tahun.
“Kami sudah hitung by name, alamat, jenis usaha, investasinya, closing kapan. Ada data itu semua. Kami bukan asbun [asal bunyi]. Saya punya prinsip, nanti tanya lagi data-data akhir tahun. Jadi optimis capai target Rp1.200 triliun,” kata Bahlil.