Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia mengatakan pemerintah sangat berhati-hati terkait outlook investasi di 2023 lantaran kondisi ekonomi global yang tak menentu.
Meski demikian, Bahlil melihat ada secercah harapan untuk ekonomi Indonesia pada 2023 mendatang sehingga investasi pada tahun depan diperkirakan jauh lebih baik dibandingkan 2022.
“Secara pribadi saya mempunyai optimisme bahwa investasi di 2023 InsyaAllah akan jauh lebih baik ketimbang 2022,” kata Bahlil dalam konferensi pers Realisasi Investasi Triwulan III/2022 di Kantor Kementerian Investasi/BKPM, Jakarta Selatan, Senin (24/10/2022).
Menurut dia, selain kondisi ekonomi global yang penuh dengan ketidakpastian, Indonesia juga perlu menjaga stabilitas dalam negeri dengan baik. Apalagi, tahun depan Indonesia akan memasuki tahun politik.
Apabila Indonesia mampu menjaga stabilitas dengan baik, maka bukan hal yang mustahil ekonomi Indonesia kian membaik dan dapat mencapai target investasi yang ditetapkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebesar Rp1.400 triliun.
Berdasarkan data Kementerian Investasi/BKPM, realisasi investasi secara kumulatif (Januari-September 2022) realisasi investasi mencapai Rp892,4 triliun atau setara dengan 74,4 persen dari target 2022 yang mencapai Rp1.200 triliun. Itu berarti, pada kuartal IV/2022 pemerintah perlu menarik investasi senilai Rp307 triliun untuk mencapai target tersebut.
Adapun realisasi Januari-September didominasi oleh penanaman modal asing (PMA) yang tercatat sebesar Rp479,3 triliun atau 53,7 persen dari total realisasi investasi. Jumlah tersebut meningkat sebesar 44,5 persen (yoy) dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp331,7 triliun.
Sedangkan, realsiasi investasi yang berasal dari penanaman modal dalam negei (PMDN) tercatat sebesar Rp413,1 triliun atau 46,3 persen dari total realisasi. Angka tersebut meningkat sebesar 26,1 persen (yoy) dari tahun sebelumnya yang tercatat Rp327,7 triliun.
Tahun depan, Jokowi kembali menaikkan target investasi dari Rp1.200 triliun pada 2022 menjadi Rp1.250 triliun–Rp1.400 triliun.
Meski tahun depan ekonomi global bakal dihadapkan pada resesi, Bahlil optimistis mampu memenuhi target yang diberikan oleh Jokowi.
“Ditanya saya apakah optimis? Kami harus optimis, tapi kami optimis ya terukur, jangan babi buta,” ujarnya.