Bisnis.com, JAKARTA - Bank Indonesia (BI) memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini tetap bias ke atas.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyampaikan, pertumbuhan ekonomi nasional masih berada dalam kisaran proyeksi BI yaitu 4,5 persen hingga 5,3 persen.
“Pertumbuhan ekonomi pada 2022 diperkirakan tetap bias ke atas dalam kisaran proyeksi BI yaitu 4,5-5,3 persen,” kata Perry dalam Pengumuman hasil RDG Oktober 2022, Kamis (20/10/2022).
Pertumbuhan yang diperkirakan terus membaik tersebut, lanjut Perry ditopang oleh peningkatan konsumsi swasta dan investasi, khususnya non bangunan, juga tetap kuatnya ekspor serta daya beli masyarakat yang masih terjaga di tengah melonjaknya inflasi.
Dalam berbagai indikator pada September 2022 dan hasil survei yang dilakukan BI seperti Keyakinan Konsumen, penjualan eceran dan PMI, mengindikasikan bahwa proses pemulihan ekonomi domestik terus berlanjut.
Sementara itu, dari sisi eksternal, kinerja ekspor diprediksi tetap kuat, terutama batu bara, CPO, serta besi dan baja, seiring dengan permintaan mitra dagang utama yang masih kuat dan kebijakan pemerintah untuk mendorong ekspor CPO dan berbagai turunannya.
Baca Juga
Perbaikan ekonomi nasional juga tercermin dalam kinerja lapangan usaha utama seperti perdagangan, pertambangan, dan pertaniain.
Melihat perkembangan tersebut, Perry yakin pertumbuhan ekonomi nasional tetap bias ke atas atau dalam kisaran proyeksi BI di 4,5 persen hingga 5,3 persen.
Dalam kesempatan yang sama, RDG BI juga menaikkan suku bunga acuan memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan atau BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 50 basis poin (bps) menjadi 4,75 persen.
"Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 19 dan 20 Oktober 2022 memutuskan untuk menaikkan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 50 bps menjadi 4,75 persen," kata Perry.
Sejalan dengan keputusan ini, BI menetapkan suku bunga Deposit Facility sebesar 50 basis poin menjadi 4 persen dan suku bunga Lending Facility menjadi 5,5 persen.
Keputusan ini diambil sebagai langkah front loaded dan forward looking untuk menurunkan ekspektasi inflasi yang saat ini overshooting dan memastikan inflasi inti kembali ke sasaran 2-4 persen pada paruh pertama tahun 2023.