Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menjelaskan sejumlah insentif perpajakan maupun nonfiskal yang bisa didapatkan oleh calon investor pada sejumlah proyek perkeretaapian di Indonesia.
Direktur Perencanaan Sumber Daya Alam Kementerian Investasi/BKPM Ratih Purbasari memaparkan sejumlah insentif yang ditawarkan yakni berbentuk super tax deduction, tax holiday, tax allowance, maupun fasilitas pembebasan bea masuk untuk sejumlah barang maupun bahan baku pendukung proyek.
Ratih mencontohkan, tax holiday yang ditawarkan oleh pemerintah kepada investor yang ingin menanamkan modalnya pada proyek perkeretaapian dalam negeri bisa berbentuk pengurangan Pajak Penghasilan Badan sebesar 50-100 persen selama 5 hingga 20 tahun.
Pengurangan PPh Badan itu bisa diberikan sejak awal produksi komersial tergantung pada nilai investasi yang direncanakan.
"Sebagai informasi, bahwa input industri manufaktur pembuatan kereta api dan kereta api jarak jauh untuk penumpang merupakan dua bidang usaha yang eligible untuk tax holiday," jelasnya pada acara Indonesia Railway Conference di JIExpo Kemayoran, Rabu (19/10/2022).
Kemudian, Ratih juga menyebut pemerintah menawarkan adanya pembebasan bea masuk sampai dengan empat tahun untuk mesin, barang, bahan, dan juga bahan baku yang digunakan untuk produksi barang.
Baca Juga
Di sisi lain, Ratih juga mengungkapkan terdapat sejumlah proyek perkeretaapian yang potensial untuk bisa ditawarkan kepada investor.
Contohnya, jika mengacu pada RPJMN 2020-2024, lanjutnya, pembangunan rel kereta api barang Sulawesi (Makassar–Parepare), Kereta Api Cepat Jakarta–Semarang–Surabaya, serta sistem angkutan umum massal perkotaan di enam kota (Jakarta, Surabaya, Medan, Bandung, Semarang, dan Makassar).
Ratih mencatat bahwa per Oktober 2022, proyek Kereta Api Makassar–Parepare menjadi proyek perkeretaapian pertama yang menggunakan skema Kerja Sama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) dengan nilai investasi US$69,8 juta.
Kemudian, proyek perkeretaapian perkotaan metropolitan Bandung, Jawa Barat, memiliki nilai investasi US$810,38 juta. Saat ini, kata Ratih, proyek tersebut masih berada pada tahap penyusunan outline business case.
Proyek kereta api perkotaan itu diharapkan bisa menjadi solusi jangka panjang atas tingginya frekuensi mobilitas masyarakat yang masih didominasi dengan kendaraan pribadi.
"Jadi proyek ini ditargetkan memasuki tahap FBC [final business case] pada 2023, dan jika berhasil bisa memulai konstruksi pada 2025," pungkasnya.